Evaporator recycling solvent

Alat penguapan pelarut hasil ekstraksi bahan obat alam/jamu.

Bengkel peralatan produk herbal

Suasana bengkel "Lansida Group"

Berbagai kapasitas alat suling minyak atsiri

Perlengkapan alat destilasi Lansida Group siap packing yang akan dikirim ke alamat customer.

Alat suling minyak atsiri skala rumah tangga

Salah satu produk alat suling type kukus kohobasi skala rumah tangga.

Obat Tekanan Darah Tinggi

Banyak obat sintetik untuk menurunkan tekanan darah yang tinggi, namun demikian banyak pula yang tidak cocok dengan efek sampingnya.
Berikut ini resep menurunkan tekanan darah secara alami yang tentunya sangat minim dengan efek samping.
  1. Seledri (Apium graveolens L.) seutuhnya 16 batang, dicuci lalu direbus dengan air bersih 2 gelas minum sehingga hanya tinggal kira-kira 3/4nya, sesudah dingin airnya diminum, seledrinya dimakan (2 x sehari ½ nya).
  2. Bawang putih (Allium sativum L.) 2 butir dikupas kulitnya, dikunyah halus lalu ditelan, disusul minum air masak yang hangat (dosis 3 x sehari).
  3. Daun meniran (Phyllanthus niruri Linn.) ¼ genggam, dicuci bersih lalu digiling halus-halus, diberi air masak ½ cangkir, diperas dan disaring lalu diminum (dosis minum 2-3 x sehari).
  4. Satu buah mengkudu/pace (Morinda citrifolia Linn.) yang telah masak pohon dan 1 sendok makan madu. Buah mengkudu diperas untuk diambil airnya, kemudian ditambah dengan madu aduk rata dan disaring. Diminum dan diulangi 2 hari sekali.

Obat Cacingan

Inilah resep obat cacing alami hasil penelitian dan telah digunakan sejak jaman nenek moyang berabad-abad lamanya.
Resep I :
Rimpang temu ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.) 3/5 jari, daun trembuku 1/3 genggam, daun kaki kuda  ¼ genggam, daun sidaguri 1/5 genggam, mungsi arab ½ senduk teh (sdt)., bawang putih 2 butir, ketumbar ¾ sdt., gula enau 3 jari, dicuci dan dipotong-potong seperlunya, direbus dengan air 3 gelas, sehingga tinggal ¾-nya, sesudah dingin disaring lalu diminum (3 X sehari ¾ gelas).


Obat Batuk

Silahkan menggunakan salah satu dari beberapa resep alami tanaman obat berkhasiat hasil penelitian dari berbagai perguruan tinggi sebagai berikut :
  1. Serbuk buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) 5 gram , diseduh dengan ½ gelas air matang panas, setelah dingin, disaring. Hasil saringan ditambah 1 sendok madu, diaduk sampai rata dan diminum sekaligus.
  2. Tiga perempat genggam daun pegagan/kaki kuda (Centella asiatica (L.) Urb.) dicuci, dipotong-potong, kemudian direbus dengan 3 gelas air hingga tinggal ¾ nya; setelah dingin, disaring dan diminum 2 kali sehari ¾ gelas.
  3. Biji jintan (Coleus amboinicus Lour.) yang digiling halus ¾ sendok teh, diseduh dengan air panas ½ cangkir dan 1 sendok makan madu, kemudian diminum suam-suam kuku (dosis 2 x sehari).
  4. Gunakan 3 lembar daun pare (Momordica charantia L.) dicuci lalu digiling halus diberi air matang 1 cangkir dan sedikit garam, diperas lalu disaring dan diminum (dosis 2 x sehari).
  5. Satu buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) dan ½ genggam daun poo (bujanggut), direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas kemudian disaring. Diminum 2 kali sehari, pagi dan sore.
  6. Bawang merah 8 butir, buah kapulogo 3 buah, buah kelengkeng 8 buah, daun kaki kuda 1/3 genggam, daun jintan ¼ genggam, rimpang cekur 2 jari, rimpang halia 1 jari, dicuci dan dipotong-potong seperlunya, direbus dengan air bersih 3 gelas sehingga hanya tinggal 1/2nya, disaring lalu diberi madu murni 4 sendok makan dan diminum (dosis 3 x sehari masing-masing ½ gelas).
  7. Bawang putih 2 butir, kulit dibuang, dikunyah halus-halus lalu ditelan dan disusul minum air hangat (dosis 2 x sehari).
  8. Daun sirih 6 lembar, daun jintan 10 lembar, buah kapulogo 6 buah, kayu manis 2 jari, gula enau 3 jari, dicuci dan dipotong-potong seperlunya, direbus dengan air bersih 3 gelas, sehingga hanya tinggal kurang lebih ¾ nya, sesudah dingin disaring lalu diminum (dosis 3 x sehari masing-masing ¾ gelas).

Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.)

Suku : Piperaceae
Sinonim : Chavica labilardierei Miq.
                  Chavica maritima Miq.
                  Piper officinarum (Miq.) DC.


Kandungan kimia
Buahnya mengandung minyak atsiri 0,6-0,7%. Di samping itu, terdapat pula alkaloid (piperin) dan suatu senyawa amida yang mirip dengan senyawa yang terkandung dalam Piper longumin yaitu piplartin, piplasterin dan sesamin. Pada bagian batang dapat ditemukan pula harsa, piperin, piplartin, triakontan dan 22,23-dihidro-stigmasterin. Rimpang mengandung piperin, 0,2-0,25% piperlongumin dan lebih kurang 0,002% piperlonguminin.7)

Telosom (Talinum triangulare (Jacq.) Willd.)

Nama Latin : Talinum triangulare (Jacq.) Willd.
Kandungan kimia :
Asam fenolat, saponin, flavonoid, steroid.

Khasiat :
- Sebagai tonikum
- Obat lemah syahwat
 Cara Pemakaian :
Digunakan 2 gram akar som jawa, 1 gram rimpang lempuyang emprit, 1 gram cabai jawa, 4 gram rimpang jahe dan air 110 ml, dibuat infusa. Ramuan diminum 1 x sehari 100 ml, dan diulang selama 7 hari.

Tribulus (Tribulus terrestris)

Nama Latin           : Tribulus terrestris
Kandungan kimia :
Stigma sitosterol, beta sitosterol, saponin steroid spirostanol, diosgenin


Khasiat :
- Meningkatkan kadar testoteron
- Peningkat libido, pembangkit gairah
- Sebagai viagra alami


Cara pemakaian :
Ambil buah yang dipetik ketika setengah matang, keringkan, kemudian buah dihaluskan dengan penggiling kopi hingga menjadi bubuk. Bagian lain dari tanaman juga sama pengolahannya. Simpan bubuk ke dalam stoples dan tutup rapat agar tahan lama. Bila ingin mengkonsumsi, seduh setengah hingga satu sendok teh bubuk tribulus dengan segelas air panas.

Pasak Bumi (Eurycoma longifolia)

Nama Latin           : Eurycoma longifolia
Kandungan kimia :
Strichnin, brucine, beta sitosterol


Khasiat :
- Melancarkan sirkulasi darah
- Meningkatkan stamina laki-laki
- Membantu menyembuhkan disfungsi ereksi
- Meningkatkan hormon testosteron


Cara Pemakaian :
Akar pasak bumi diserbuk, rebus 25 gr serbuk dengan ½ liter air selama 5 menit mendidih. Biarkan hingga dingin, saring dan minum untuk 2 kali pagi dan sore.




Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk)

Nama Latin           : Pimpinella pruatjan Molk
Kandungan kimia :
Steroid (stigmasterol dan sitosterol), tocopherol.

Khasiat :

- Meningkatkan stamina dan vitalitas.
- Menghilangkan rasa lelah, lemas dan lesu.
- Memperbaiki dan meningkatkan fungsi syaraf.
- Meningkatkan libido.

Cara pemakaian :
3 gr serbuk herba purwoceng diseduh dengan 1 gelas air panas, tutup rapat. Setelah 15 menit saring dan minum 1 gelas sekaligus. Minum selama 6 hari berturut-turut.

Kromatografi

Analisis sediaan farmasi dengan metode kromatografi dapat ditilik balik pada awal tahun 1920-an. Pada tahun 1955-an, metode Kromatografi kertas menaik dan menurun telah mencul pada berbagai Farmakope untuk analisis produk-produk obat. Edisi Farmakope lanjut mulai menggunakan metode HPLC (kromatografi cair kinerja tinggi) dan GC (kromatografi gas) untuk analisis obat. Saat ini, metode kromatografi merupakan metode utama yang digunakan untuk analisis obat dalam Farmakope.

Gambaran kelanjutannya mengenai detail alat instrumen analisis guna analisis obat, kandidat obat, dan sediaan-sediaan farmasetik termasuk validasi metode untuk setiap metode kromatografi yang akan dikembangkan.
Selengkapnya klik alat berikut :

Seledri (Apium graveolens L.)


Suku : Apiaceae (Umbilliferae)
Kandungan kimia
Seluruh herba (termasuk akar) mengandung glikosida apiin (glikosida flavon) isoquersitrin dan umbelliferon. Juga mengandung mannit, inosit, asparagin, glutamin, kolin, linamarosa, pro vitamin A, vitamin C dan B.12)
Kandungan asam-asam dalam minyak atsiri biji antara lain asam-asam resin, asam-asam lemak terutama palmitat, oleat, linoleat dan petroselinat (sebagai komponen utama).12)
Senyawa kumarin lain ditemukan dalam biji, yaitu bergapten, seselin, isoimperatorin, astenol, isopimpinelin dan apigrafin.6,14,15)
Daun mengandung minyak atsiri, protein, kalsium, garam fosfat, vitamin A, B, dan C.9) Batang, daun dan bijinya mengandung apiin, apigenin. Dalam biji ditemukan alkaloid yang strukturnya belum dapat diidentifikasi.4)

Proses Validasi Metode

Validasi merupakan suatu proses yang terdiri atas paling tidak 4 langkah nyata, yaitu:
(1) validasi perangkat lunak (software validation),
(2) validasi perangkat keras/instrumen (instrument/hardware validation),
(3) validasi metode, dan
(4) kesesuaian sistem (system suitability).
Proses validasi dimulai dengan perangkat lunak yang tervalidasi dan sistem yang terjamin, lalu metode yang divalidasi menggunakan sistem yang terjamin dikembangkan. Akhirnya, validasi total diperoleh dengan melakukan kesesuaian sistem. Masing-masing tahap dalam proses validasi ini merupakan suatu proses yang secara keseluruhan bertujuan untuk mencapai kesuksesan validasi.
            Kualifikasi merupakan bagian (subset) proses validasi yang akan memverifikasi modul dan kinerja sistem sebelum suatu instrumen diletakkan secara on line (atau diletakkan pada tempatnya dalam suatu laboratorium). Jika instrumen tidak terjamin dengan baik sebelum digunakan, maka akan muncul suatu masalah yang sulit untuk diidentifikasi. Gambar diatas menjelaskan garis waktu kejadian-kejadian pada saat proses validasi.

 


Kualifikasi
Sebagaimana dijelaskan oleh gambar diatas, validasi diawali dari sisi pemasok (vendor’s site) sebagai bagian terstruktur pada tahap validasi. Pada tahap ini, instrumen dan perangkat lunak dikembangkan, didesain, dan dihasilkan dalam suatu lingkungan yang tervalidasi sesuai dengan praktek laboratorium yang baik (good laboratory practices, GLP) dan atau standar ISO 9000. Selama tahap kualifikasi atau validasi fungsional, maka dilakukan kualifikasi instalasi (installation qualification, IQ), kualifikasi operasional (operational qualification, OQ), dan kualifikasi kinerja (performance qualification, PQ). Setelah instrumen diletakkan secara on line (atau diletakkan pada tempatnya dalam laboratorium) dan setelah instrumen digunakan dalam waktu tertentu maka alat harus dikalibrasi dan dilakukan standardisasi, yang mana proses seperti ini kadang-kadang dirujuk sebagai kualifikasi perawatan (maintenance qualification, MQ). 
  1. Kualifikasi instalasi (installation qualification, IQ)   
Proses IQ dapat dibagi menjadi 2 langkah yaitu pre-instalasi dan instalasi fisik. Selama pre-instalasi, semua informasi yang berhubungan dengan instalasi yang benar, operasionalisasi, dan perawatan instrumen harus dikaji. Selama instalasi fisik, nomer seri harus dicatat. Dokumentasi yang menggambarkan bagaimana instrumen diinstal, siapa yang melakukan instalasi, dan rincian-rincian lain yang terkait dengan instrumen harus diarsipkan.

  1. Kualifikasi operasional (operational qualification, OQ)
Proses OQ menjamin bahwa modul-modul yang menjelaskan secara spesifik sistem operasional instrumen telah sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan, misal akurasinya, linieritasnya, dan presisinya. Proses ini mungkin merupakan suatu verifikasi terhadap modul itu sendiri.


  1. Kualifikasi kinerja (performance qualification, PQ)
Proses PQ memverifikasi kinerja sistem. Uji PQ dilakukan di bawah kondisi penggunaan instrumen yang sebenarnya pada kisaran kerja yang telah diantisipasi. Meskipun demikian, pada prakteknya antara OQ dan PQ seringkali dilakukan secara bersama-sama khususnya untuk uji linieritas dan presisi (repitibilitas atau keterulangan).

Ekstraksi Bahan Alam

Apakah ekstraksi itu?
Cara untuk memperoleh sediaan yang mengandung senyawa aktif dari suatu bahan alam dengan menggunakan pelarut yang sesuai.

Mengapa harus diekstraksi? 
Agar ekstrak hanya mengandung senyawa aktif yang terkandung didalam simplisia/ bahan alam sehingga perlu dipilih cairan penyari yang paling optimal mampu menarik senyawa aktif.

Bahan yang diekstraksi  
Bahan yang diekstraksi bisa berupa bahan segar maupun bahan kering. Untuk bahan kering harus dikecilkan dahulu ukuran partikelnya (diserbuk).
    Syarat pelarut yang digunakan
    • Selektif
    • Stabil secara fisik dan kimia
    • Ekonomis
    • Keamanan
    • Ramah lingkungan
    Cairan pelarut dalam pembuatan ekstrak adalah pelarut yang optimal untuk senyawa kandungan berkhasiat atau yang aktif, dengan demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya. Ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa kandungan yang diinginkan.

    Metode Ekstraksi
    Ada beberapa metode ekstraksi simplisia bahan alam, antara lain maserasi, infundasi, digesti, perkolasi dan soxletasi. Keterangan singkatnya sebagai berikut :

    Maserasi
    • Ekstraksi bahan dengan pelarut pada suhu kamar selama waktu tertentu dengan sesekali diaduk/digojok.
    • Remaserasi : dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama.
    • Maserasi kinetik : dilakukan pengadukan terus-menerus.
    • Digesti : maserasi kinetik yang dilakukan pada suhu diatas suhu kamar, biasanya pada suhu 40-50°C.
    Caranya :
    Sejumlah bahan ditempatkan pada wadah tertutup, ditambah dengan pelarut dengan perbandingan kira-kira 1:7. Diamkan selama 5 hari pada suhu kamar dan terlindung dari cahaya dengan sesekali diaduk. Setelah itu, cairan dipisahkan, buang bagian yang mengendap.

    Infundasi
    Panci Infusa
    Infundasi merupakan metode ekstraksi dengan pelarut air. Pada waktu proses infundasi berlangsung, temperatur pelarut air harus mencapai suhu 90ºC selama 15 menit.
    Rasio berat bahan dan air adalah 1 : 10, artinya jika berat bahan 100 gr maka volume air sebagai pelarut adalah 1000 ml.

    Caranya :
    Serbuk bahan dipanaskan dalam panci dengan air secukupnya selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90ºC sambil sekali-sekali diaduk. Saring selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume yang diinginkan. Apabila bahan mengandung minyak atsiri, penyaringan dilakukan setelah dingin.

    Dekoksi
    Dekoksi merupakan proses ekstraksi yang mirip dengan proses infundasi, hanya saja infuns yang dibuat membutuhkan waktu lebih lama (≥ 30 menit) dan suhu pelarut sama dengan titik didih air.

    Caranya :
    Serbuk bahan ditambah air dengan rasio 1 : 10, panaskan dalam panci enamel atau panci stainless steel selama 30 menit. Bahan sesekali sambil diaduk. Saring pada konsidi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume yang diinginkan.

    Perkolasi
    Perkolator 60 liter
    Perkolasi adalah proses ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna. Secara umum proses perkolasi ini dilakukan pada temperatur ruang. Sedangkan parameter berhentinya penambahan pelarut adalah perkolat sudah tidak mengandung senyawa aktif lagi. Pengamatan secara fisik pada ekstraksi bahan alam terlihat tetesan perkolat sudah tidak berwarna.

    Caranya :
    Serbuk bahan dibasahi dengan cairan penyari dan ditempatkan pada bejana silinder. Bagian bawah bejana diberi sekat berpori untuk menahan serbuk. Cairan penyari dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk tersebut. Cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel yang dilalui sampai keadaan jenuh.

    Soxkletasi
    Alat Sokhlet
    Yaitu proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus soxklet sehingga terjadi ekstraksi konstan dengan adanya pendingin balik.

    Caranya :
    Serbuk bahan ditempatkan pada selongsong, lalu ditempatkan pada alat soxhlet yang telah dipasang labu dibawahnya. Tambahkan pelarut sebanyak 2 kali sirkulasi. Pasang pendingin balik, panaskan labu, ekstraksi berlangsung minimal 3 jam dengan interval sirkulasi kira-kira 15 menit.

    Layanan pembuatan ekstrak (ekstraksi simplisia/ bahan alam), fraksinasi, isolasi senyawa aktif dan penyulingan minyak atsiri untuk keperluan penelitian silahkan klik disini.

    Patikan Kebo (Euphorbia hirta L.)

    Suku : Euphorbiaceae

    Kandungan kimia
    Mengandung 2% xantorhamnin. Getahnya mengandung euforbon (zat yang menyebab-kan gatal-gatal pada kulit, bagi yang tidak tahan). Herba kering mengandung asam galat, quersetin, triakontan, fitosterol, fitosterolin, jambulol, melisat, gallat, palmitat, linoliat, asam oleat, asam ellagat, senyawa fenolik C28H18O15 dan eufosteriol C25H39OH. Juga dilaporkan mengandung tarakserol t.l. 275-2770C dan tarakseron t.l. 237-2380C.8,12)

    HPLC (High Performance Liquid Chromatography)

    HPLC (High Performance Liquid Chromatography) atau biasa juga disebut dengan Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dikembangkan pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Saat ini, HPLC merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis bahan obat, baik dalam bulk atau dalam sediaan farmasetik. 

    SISTEM PERALATAN HPLC
    Instrumentasi HPLC pada dasarnya terdiri atas: wadah fase gerak, pompa, alat untuk memasukkan sampel (tempat injeksi), kolom, detektor, wadah penampung buangan fase gerak, dan suatu komputer atau integrator atau perekam.
    Diagram skematik sistem kromatografi cair seperti ini :



    1. Wadah Fase gerak dan Fase gerak
    Wadah fase gerak harus bersih dan lembam (inert). Wadah pelarut kosong ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase gerak. Wadah ini biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut(1).
    Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-komponen sampel. Untuk fase normal (fase diam lebih polar daripada fase gerak), kemampuan elusi meningkat dengan meningkatnya polaritas pelarut. Sementara untuk fase terbalik (fase diam kurang polar daripada fase gerak), kemampuan elusi menurun dengan meningkatnya polaritas pelarut.

    Fase gerak sebelum digunakan harus disaring terlebih dahulu untuk menghindari partikel-partikel kecil ini. Selain itu, adanya gas dalam fase gerak juga harus dihilangkan, sebab adanya gas akan berkumpul dengan komponen lain terutama di pompa dan detektor sehingga akan mengacaukan analisis.

    Elusi dapat dilakukan dengan cara isokratik (komposisi fase gerak tetap selama elusi) atau dengan cara bergradien (komposisi fase gerak berubah-ubah selama elusi) yang analog dengan pemrograman suhu pada kromatografi gas. Elusi bergradien digunakan untuk meningkatkan resolusi campuran yang kompleks terutama jika sampel mempunyai kisaran polaritas yang luas.4)
     
    Fase gerak yang paling sering digunakan untuk pemisahan dengan fase terbalik adalah campuran larutan bufer dengan metanol atau campuran air dengan asetonitril. Untuk pemisahan dengan fase normal, fase gerak yang paling sering digunakan adalah campuran pelarut-pelarut hidrokarbon dengan pelarut yang terklorisasi atau menggunakan pelarut-pelarut jenis alkohol. Pemisahan dengan fase normal ini kurang umum dibanding dengan fase terbalik.2)

    2. Pompa
    Pompa yang cocok digunakan untuk HPLC adalah pompa yang mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut yakni: pompa harus inert terhadap fase gerak. Bahan yang umum dipakai untuk pompa adalah gelas, baja tahan karat, Teflon, dan batu nilam. Pompa yang digunakan sebaiknya mampu memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan alir 3 mL/menit. Untuk tujuan preparatif, pompa yang digunakan harus mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan 20 mL/menit.
    Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantaran fase gerak adalah untuk menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung secara tepat, reprodusibel, konstan, dan bebas dari gangguan. Ada 2 jenis pompa dalam HPLC yaitu: pompa dengan tekanan konstan, dan pompa dengan aliran fase gerak yang konstan. Tipe pompa dengan aliran fase gerak yang konstan sejauh ini lebih umum dibandingkan dengan tipe pompa dengan tekanan konstan.6)

    3. Tempat penyuntikan sampel
    Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke dalam fase gerak yang mengalir di bawah tekanan menuju kolom menggunakan alat penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi dengan keluk sampel (sample loop) internal atau eksternal.
    Posisi pada saat memuat sampel                 Posisi pada saat menyuntik sampel

    4. Kolom dan Fase diam
    Ada 2 jenis kolom pada HPLC yaitu kolom konvensional dan kolom mikrobor. Kolom merupakan bagian HPLC yang mana terdapat fase diam untuk berlangsungnya proses pemisahan solut/analit.

    Kolom mikrobor mempunyai 3 keuntungan yang utama dibanding dengan kolom konvensional, yakni:
    • Konsumsi fase gerak kolom mikrobor hanya 80% atau lebih kecil dibanding dengan kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase gerak lebih lambat (10 -100 μl/menit).
    • Adanya aliran fase gerak yang lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih ideal jika digabung dengan spektrometer massa.
    • Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solut lebih pekat, karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel terbatas misal sampel klinis.
    Meskipun demikian, dalam prakteknya, kolom mikrobor ini tidak setahan kolom konvensional dan kurang bermanfaat untuk analisis rutin.3]
    Kebanyakan fase diam pada HPLC berupa silika yang dimodifikasi secara kimiawi, silika yang tidak dimodifikasi, atau polimer-polimer stiren dan divinil benzen. Permukaan silika adalah polar dan sedikit asam karena adanya residu gugus silanol (Si-OH).
    Silika dapat dimodifikasi secara kimiawi dengan menggunakan reagen-reagen seperti klorosilan. Reagen-reagen ini akan bereaksi dengan gugus silanol dan menggantinya dengan gugus-gugus fungsional yang lain.

    Oktadesil silika (ODS atau C18) merupakan fase diam yang paling banyak digunakan karena mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi. Oktil atau rantai alkil yang lebih pendek lagi lebih sesuai untuk solut yang polar. Silika-silika aminopropil dan sianopropil (nitril) lebih cocok sebagai pengganti silika yang tidak dimodifikasi. Silika yang tidak dimodifikasi akan memberikan waktu retensi yang bervariasi disebabkan karena adanya kandungan air yang digunakan. 

    5. Detektor HPLC
    Detektor pada HPLC dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu: detektor universal (yang mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat spesifik, dan tidak bersifat selektif) seperti detektor indeks bias dan detektor spektrometri massa; dan golongan detektor yang spesifik yang hanya akan mendeteksi analit secara spesifik dan selektif, seperti detektor UV-Vis, detektor fluoresensi, dan elektrokimia.

    Idealnya, suatu detektor harus mempunyai karakteristik sebagai berikut:
    1. Mempunyai respon terhadap solut yang cepat dan reprodusibel.
    2. Mempunyai sensitifitas yang tinggi, yakni mampu mendeteksi solut pada kadar yang sangat kecil.
    3. Stabil dalam pengopersiannya.
    4. Mempunyai sel volume yang kecil sehingga mampu meminimalkan pelebaran pita.
    5. Signal yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi solut pada kisaran yang luas (kisaran dinamis linier).
    6. Tidak peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fase gerak.2)
    Beberapa detektor yang paling sering digunakan pada HPLC dengan karakteristik detektor seperti berikut :
    Detektor
    Sensitifitas (g/ml)
    Kisaran linier
    Karakteristik
    Absorbansi Uv-vis
    Fotometer filter
    Spektrofotometer
    spektrometer photo-diode array

    5 x 10-10
    5 x 10-10
    > 2 x 10-10

    104
    105
    105

    Sensitivitas bagus, paling sering digunakan, selektif terhadap gugus-gugus dan struktur-struktur yang tidak jenuh.
    Fluoresensi
    10-12
    104
    Sensitifitas sangat bagus, selektif, Tidak peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fase gerak.
    Indeks bias
    5 x 10-7

    104
    Hampir bersifat universal akan tetapi sensitivitasnya sedang. Sangat sensitif terhadap suhu, dan tidak dapat digunakan pada elusi bergradien
    Elektrokimia
    Konduktimetri
    Amperometri

    10-8
    10-12

    104
    105

    Peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fase gerak, tidak dapat digunakan pada elusi bergradien. Hanya mendeteksi solut-solut ionik. Sensitifitas sangat bagus, selektif tetapi timbul masalah dengan adanya kontaminasi elektroda.
    JENIS HPLC
    Pemisahan dengan HPLC dapat dilakukan dengan fase normal (jika fase diamnya lebih polar dibanding dengan fase geraknya) atau fase terbalik (jika fase diamnya kurang non polar dibanding dengan fase geraknya). Berdasarkan pada kedua pemisahan ini, sering kali HPLC dikelompokkan menjadi HPLC fase normal dan HPLC fase terbalik.
    Selain klasifikasi di atas, HPLC juga dapat dikelompokkan berdasarkan pada sifat fase diam dan atau berdasarkan pada mekanisme sorpsi solut, dengan jenis-jenis HPLC sebagai berikut:
    1. Kromatografi Adsorbsi
    Prinsip kromatografi adsorpsi telah diketahui sebagaimana dalam kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis. Pemisahan kromatografi adsorbsi biasanya menggunakan fase normal dengan menggunakan fase diam silika gel dan alumina, meskipun demikian sekitar 90% kromatografi ini memakai silika sebagai fase diamnya. Pada silika dan alumina terdapat gugus hidroksi yang akan berinteraksi dengan solut. Gugus silanol pada silika mempunyai reaktifitas yang berbeda, karenanya solut dapat terikat secara kuat sehingga dapat menyebabkan puncak yang berekor.3)

    2. Kromatografi fase terikat
    Kebanyakan fase diam kromatografi ini adalah silika yang dimodifikasi secara kimiawi atau fase terikat. Sejauh ini yang digunakan untuk memodifikasi silika adalah hidrokarbon-hidrokarbon non-polar seperti dengan oktadesilsilana, oktasilana, atau dengan fenil. Fase diam yang paling populer digunakan adalah oktadesilsilan (ODS atau C18) dan kebanyakan pemisahannya adalah fase terbalik.
    Sebagai fase gerak adalah campuran metanol atau asetonitril dengan air atau dengan larutan bufer. Untuk solut yang bersifat asam lemah atau basa lemah, peranan pH sangat krusial karena kalau pH fase gerak tidak diatur maka solut akan mengalami ionisasi atau protonasi. Terbentuknya spesies yang terionisasi ini menyebabkan ikatannya dengan fase diam menjadi lebih lemah dibanding jika solut dalam bentuk spesies yang tidak terionisasi karenanya spesies yang mengalami ionisasi akan terelusi lebih cepat.3)

    3. Kromatografi penukar ion
    KCKT penukar ion menggunakan fase diam yang dapat menukar kation atau anion dengan suatu fase gerak. Ada banyak penukar ion yang beredar di pasaran, meskipun demikian yang paling luas penggunaannya adalah polistiren resin.
    Kebanyakan pemisahan kromatografi ion dilakukan dengan menggunakan media air karena sifat ionisasinya. Dalam beberapa hal digunakan pelarut campuran misalnya air-alkohol dan juga pelarut organik. Kromatografi penukar ion dengan fase gerak air, retensi puncak dipengaruhi oleh kadar garam total atau kekuatan ionik serta oleh pH fase gerak. Kenaikan kadar garam dalam fase gerak menurunkan retensi solut. Hal ini disebabkan oleh penurunan kemampuan ion sampel bersaing dengan ion fase gerak untuk gugus penukar ion pada resin.

    4. Kromatografi Pasangan ion
    Kromatografi pasangan ion juga dapat digunakan untuk pemisahan sampel-sampel ionik dan mengatasi masalah-masalah yang melekat pada metode penukaran ion. Sampel ionik ditutup dengan ion yang mempunyai muatan yang berlawanan.2)

    5. Kromatografi Eksklusi Ukuran
    Kromatografi ini disebut juga dengan kromatografi permiasi gel dan dapat digunakan untuk memisahkan atau menganalisis senyawa dengan berat molekul > 2000 dalton.
    Fase diam yang digunakan dapat berupa silika atau polimer yang bersifat porus sehingga solut dapat melewati porus (lewat diantara partikel), atau berdifusi lewat fase diam. Molekul solut yang mempunyai BM yang jauh lebih besar, akan terelusi terlebih dahulu, kemudian molekul-molekul yang ukuran medium, dan terakhir adalah molekul yang jauh lebih kecil. Hal ini disebabkan solut dengan BM yang besar tidak melewati porus, akan tetapi lewat diantara partikel fase diam. Dengan demikian, dalam pemisahan dengan eksklusi ukuran ini tidak terjadi interaksi kimia antara solut dan fase diam seperti tipe kromatografi yang lain.

    6. Kromatografi Afinitas
    Dalam kasus ini, pemisahan terjadi karena interaksi-interaksi biokimiawi yang sangat spesifik. Fase diam mengandung gugus-gugus molekul yang hanya dapat menyerap sampel jika ada kondisi-kondisi yang terkait dengan muatan dan sterik tertentu pada sampel yang sesuai (sebagaimana dalam interaksi antara antigen dan antibodi).
    Kromatografi jenis ini dapat digunakan untuk mengisolasi protein (enzim) dari campuran yang sangat kompleks.2)

    DERIVATISASI PADA HPLC
    Derivatisasi melibatkan suatu reaksi kimia antara suatu analit dengan suatu reagen untuk mengubah sifat fisika-kimia suatu analit. Tujuan utama penggunaan derivatisasi pada HPLC adalah untuk:

    1. Meningkatkan deteksi
    2. Merubah struktur molekul atau polaritas analit sehingga akan menghasilkan puncak kromatografi yang lebih baik
    3. Merubah matriks sehingga diperoleh pemisahan yang lebih baik
    4. Menstabilkan analit yang sensitif.5)
    Detektor yang paling banyak digunakan dalam HPLC adalah detektor UV-Vis sehingga banyak metode yang dikembangkan untuk memasang atau menambahkan gugus kromofor yang akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu. Di samping itu, juga dikembangkan suatu metode untuk menghasilkan fluorofor (senyawa yang mamapu berfluoresensi) sehingga dapat dideteksi dengan fluorometri.7)
    Suatu reaksi derivatisasi harus mempunyai syarat-syarat sebagai berikut, yakni: produk yang dihasilkan harus mampu menyerap baik sinar ultraviolet atau sinar tampak atau dapat membentuk senyawa berfluoresen sehingga dapat dideteksi dengan spektrofluorometri; proses derivatisasi harus cepat dan menghasilkan produk yang sebesar mungkin (100 %); produk hasil derivatisasi harus stabil selama proses derivatisasi dan deteksi; serta sisa pereaksi untuk derivatisasi harus tidakmenganggu pemisahan kromatografi.7)

    Berbagai macam bahan penderivat telah tersedia antara lain :

    Gugus fungsional
    Reagen untuk dapat dideteksi dengan UV-Vis
    Reagen untuk dapat dideteksi dengan Fluoresen
    Asam-asam kaboksilat; asam-asam lemak;asam-asam fosfat
    p-nitrobenzil-N,N’-diisopropilisourea (PNBDI); 3,5-dinitrobenzil-N,N’-diisopropilisourea (DNBDI); p-bromofenasil bromida (PBPB)
    4-bromometil-7-asetoksikumarin;
    4-bromometil-7-metoksikumarin;
    Alkohol
    3,5-dinitrobenzil klorida (DNBC); 4-dimetilaminiazobenzen-4-sulfinil (Dabsyl-Cl); 1-naftilisosianat (NIC-1).

    Aldehid; keton
    p-nitrobenziloksiamin hidroklorida (PNBA); 3,5-dinitrobenziloksiamin hidroklorida (DNBA);
    Dansil hidrazin
    Amin primer

    Fluoresamin
    o-ftalaldehid (OPA)
    Amin primer (1o) dan sekunder (2o)
    3,5-dinitrobenzil klorida (DNBC); N-suksinimidil-p-nitrofenilasetat (SNPA); N-suksinimidil-3,5-dinitrofenilasetat (SDNPA); 4-dimetilaminiazobenzen-4-sulfinil (Dabsyl-Cl); 1-naftilisosianat (NIC-1).
    7-kloro-4-nitrobenzo-2-oksa-1,3-diazol (NBD-Cl); 7-fluoro-4-nitrobenzo-2-oksa-1,3-diazol (NBD-F); Dansil klorida
    Asam-asam amino (peptida)
    4-dimetilaminiazobenzen-4-sulfinil (Dabsil-Cl)
    Fluoresamin
    o-ftalaldehid (OPA)
    7-kloro-4-nitrobenzo-2-oksa-1,3-diazol (NBD-Cl); 7-fluoro-4-nitrobenzo-2-oksa-1,3-diazol (NBD-F);
    Derivatisasi ini dapat dilakukan sebelum analit memasuki kolom (pre-column derivatization) atau setelah analit keluar dari kolom (post-column derivatization).


    Referensi:
    1. Settle, F (Editor), 1997, Handbook of Instrumental Techniques for Analytical Chemistry, Prentice Hall PTR, New Jersey, USA.
    2. Meyer, F.R., 2004, Practical High-Performance Liquid Chromatography, 4th Ed., John Wiley & Sons, New York.
    3. Kealey, D and Haines, P.J., 2002, Instant Notes: Analytical Chemistry, BIOS Scientific Publishers Limited, New York.
    4. Kenkel, J., 2002, Analytical Chemistry for Technicians, 3th. Edition., CRC Press, U.S.A.
    5. Snyder, L. R.,  Kirkland, S.J., and Glajch, J.L., 1997, Practical HPLC Method Development, John Wiley & Son, New York.
    6. Munson, J.W., 1981, Phrarmaceutical Analysis: Modern Methods, Part A and B, diterjemahkan oleh Harjana dan Soemadi, Airlangga University Press, Surabaya.
    7. Cserhati, T. And Forgacs, E., 1999, Chromatography in Food science and Technology, Technomic Publishing, Lancaster, Basel.

    Sirih (Piper betle L.)

    Suku : Piperaceae
    Sinonim : Piper pinqiuispicum DC. & Kds. (ex deser.)

    Kandungan kimia
    Daun mengandung minyak atsiri dengan kadar berkisar antara 0,13-0,33% v/v.6) Dari laporan lain dikemukakan bahwa minyak atsiri Piper betel terdiri dari kavibetol, katekol, kadinen, karvakrol, kariofillen, kavikol, 1,8-sineol, estagol, eugenol, metileugenol, pirokatekin, terpinil asetat, sesquiterpen, triterpen dan tripterpenoid, b-sitosterol.2,7,8,10)
    Disamping itu juga terdapat senyawa neolignan (piperbetol, metilpiper betol, peperol A, piperol B), krotepoksida suatu senyawa yang mempunyai potensi sebagai sitotoksik.13)


    Efek biologik
    Minyak atsiri daun Piper betel L. mempunyai aktivitas terhadap bakteri Gram dan Bacillus subtilits, B. megaterium, Diplococcus pnemoniae, Eschericia coli, Erwinia carotovora, Micrococcus pyogenes, proteus vulgaris, Pseudomonas solanacearum, Salmonella typhosa, Sarcinia lutea, Shigella dysentriae, Streptococcus pyogens, Vibrio comma (aktivitas antimikroba tersebut diperkirakan dari kavikol)
    Di samping terhadap bakteri, aktivitas tersebut dapat pula terhadap berbagai jamur (Asperlgillus niger, A. oryzae, Curvilaria lunata Fusarium oxysporum).
    Triterpen dan triterpenoid dapat berefek sebagai antiplateled dan anti-inflamasi.9)
    Pada pengunyahan campuran daun Piper betel, biji pinang (Areca catechu) dan kapur akan merubah arekolin menjadi arekaidin sehingga dapat menyebabkan terjadinya stimulasi syaraf pusat.
    Daya hambat terhadap pertumbuhan Staphyllococcus aureus dan Entamoeba coli minyak atsiri yang diperoleh dengan metode ekstraksi lebih kuat dari pada minyak atsiri yang diperoleh secara destilasi.
    Sediaan pasta gigi dengan konsentrasi 0,5 % mempunyai daya antiseptik terhadap Streptococcus alpha.12)

    Minyak atsiri daun pada pengenceran 1:10.000 dapat mematikan Paramoecium caudatum dalam jangka waktu 5 menit; sedangkan pada pengenceran 1:4000 dapat menghambat pertumbuhan Vibrio cholerae. Pengenceran 1:3000 dan 1:2000 dapat menghambat berturut-turut Salmonella typhosum, Shigella flexneri dan Escherichia coli, Micrococcus pyogenes var. aureus.3) Krotepoksida mempunyai potensi sitotoksik. Senyawa fenolik bungan Piper betel dapat berefek pada sekresi katekolamin.6)

    Efek yang tidak diinginkan :
    Pada penggunaan jangka lama dapat menyebabkan gigi berwarna hitam dan karsinoma rongga mulut.4,11)

    Kegunaan di masyarakat
    Dipakai untuk tujuan pengobatan pada hidung berdarah (mimisen-Jawa), mulut berbau, mata sakit, radang tenggorokan.7) Daun dikunyah bersama kapur (injet-Jawa) bersama biji pinang untuk penguat gigi dan stimulansia; Campuran tersebut berasa pedas, adsringent; menyebabkan air ludah berwarna merah dan gigi menjadi berwarna hitam.4)
    Banyak digunakan untuk pengobatan penyakit asma, rheumatic arthritis, rhumatalgia, luka-luka.

    Cara pemakaian di masyarakat
    Mengobati batuk
    Daun sirih 6 lembar, daun jintan 10 lembar, buah kapulogo 6 buah, kayu manis 2 jari, gula enau 3 jari, dicuci dan dipotong-potong seperlunya, direbus dengan air bersih 3 gelas, sehingga hanya tinggal kurang lebih ¾ nya, sesudah dingin disaring lalu diminum ( 3 x sehari masing-masing ¾ gelas).8)

    Mengobati kapala pusing
    Daun sirih 10 lembar, daun incok 20 lembar, daun lidah buaya ½ pelepah, kulit mesoyi 2 jari, ganti 2 jari, jintan-putih 1 sendok teh, dicuci dan ditumbuk halus-halus, diramas dengan cuka 3 sendok makan, untuk menggosok punggung, tengkuk, leher, dahi dan pelipis (1-2 x sehari sebanyak yang diperlukan).8)

    Mengobati asma
    Daun sirih 8 lembar, daun akaar -gamat 12 lembar, biji buah putat 20 buah, lada putih 30 butir, dicuci lalu ditumbuk halus-halus, diramas dengan minyak kayu putih 3 sendok teh, untuk melumas dada dan leher (1 - 2 x sehari sebanyak yang diperlukan kalau serangan penyakitnya datang).8)

    Deskripsi
    Perawakan :  memanjat, berakar melekat, panjang 5 - 15 m. Batang: beruas nyata, akar melekat pipih, beralur nyata, bulat, buku menebal. Daun: tunggal, bertangkai, duduk berseling, tangkai melebar di pangkal, helaian bulat telur - bulat telur memanjang, pangkal jantung atau miring, ukuran 5 - 18 cm x 2,5 - 10,5 cm, di bagian tulang daun pangkal berambut pendek - tebal putih. Bunga: majemuk untai (bulir), jantan & betina, daun pelindung elip, bulat telur terbalik, atau bulat, 1 - 1,5 mm x 0,75 - 1mm. Bulir jantan: 2,5 - 12 cm, tangkai 1,5 - 3 cm, benang sari 2, pendek. Bulir betina: 2,5 - 12 cm, tangkai 2,5 - 6 cm, kepala putik 3 - 5. Buah: ujung bebas, membulat, gundul, membentuk buah majemuk seperti gada, hijau, buah tunggal tebal 1-1,5 cm. Biji: membulat, 3,5 - 5 mm.3)

    Waktu berbunga : Januari - Desember
    Distribusi : Di Jawa pada elevasi 5 - 700 m.dpl, tepi hutan, atau di budidayakan.

    Keanekaragaman
    Bervariasi khususnya adanya populasi berdaun hijau kekuningan dan gelap, populasi hijau kekuningan banyak dibudidayakan.
    Berdasarkan geografis, terdapat berbagai tipe sirih yaitu: sirih Jawa, sirih Banda (Banda, Seram Timur, Ambon), sirih Cengke.
    Berdasarkan warna daun dan rasa, sirih berdaun hijau tua (pedas merangsang), sirih berdaun kuning (Sumatra, Jawa Barat) di sebut sirih kaki merpati, sirih berdaun kuning bertulang merah, sirih hutan.1,5,7,8)

    Budidaya
    Terdapat berbagai macam varietas. Perbanyakan dengan stek batang yang ditanam dengan jarak stek batang beberapa centimeter dan dibiarkan merambat pada lanjaran dengan ketinggian 2 m. Perlu pemupukan dan pemeliharaan yang terus menerus. Bila tanah telah siap, ditanam pohon penyangga dengan jarak 1,5 m. Untuk keperluan tata air, pada musim kering, maka pada setiap 2 baris digali selokan kecil. Sebagai pohon penyangga dapat digunakan daun dadap (Erithrina sp), kelor (Moringa oleifera), kayu kuda (Lannea grandis), atau kapok, karena mudah tumbuh dan tahan pemangkasan berat. Bila perakaran pohon penyangga telah tumbuh baik, maka pada permulaan musim hujan digali selokan kecil yang mengelilingi pohon penyangga. Kemudian pada selokan tersebut diletakkan stek sirih (yang memiliki banyak ruas sepanjang 1,5 m) yang ujungnya diikat dengan pohon penyangga. Untuk stek pada umumnya digunakan pucuk pohon yang tua yang telah diambil daunnya. Setelah beberapa bulan tunas yang keluar akan memanjat pada batang. Pemanenan daun dilakukan setelah 18 bulan setelah penanaman.10) Sebaiknya jangan tergesa-gesa memetik daun (menunggu sampai batang berakar kuat pada batang dan bagian atas dari tumbuhan telah menggantung dari tongkat yang dipanjat.5).

    Pustaka
    1. Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia, jilid I, Departemen Kesehatan RI, p.92-95
    2. Anonim, 1993, Standard of Asean Herbal Medicine., Aksara Buana Printing., Jakarta., P.343-347.
    3. Backer, C.A., And Bakhuizen, R.C.B., 1968, Flora of Java, Vol II & III, P.Noordhoff, Groningen.
    4. Duke, JA; 1985, CRC Handbook of Medicinal Herbs. CRC Press, Inc., Boca Raton, Florida, p.378-380.
    5. Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia, (terjemahan) jilid II, Yayasan Sarana Wanajaya, Jakarta, p. 622-627.
    6. Hwang, Lucy Sun; Wang Chin Kun; Sheu, Ming Yen; Kao Lung Sen, 1996, "Phenolic compunds of Piper betel flower as flavoring and neuronal activity modulating agents, ACS Symp.Ser., V.506, N-phenolic Compd. Food their Eff. Health I, p.200-213.
    7. Koensoemardiyah; 1992," Modifikasi penyulingan minyak atsiri berbagai macam daun sirih, efektivitas antibakteri dan susunan kimianya", Laporan Penelitian DPP-UGM No. UGM/5887/M/09/01: Yogyakarta
    8. Mardisiswojo. S, Mangunsudarso R.H., 1965, Tjabe Pujang Warisan Nenek Mojang, cetakan I, penerbit Prapantja., Jakarta., P.45
    9. Saeed, Sheikh A., Farnaz, Samina., Simjee, Rukhsana; Malik Abdul., 1996, "Triterpenes and -sitosterol from Piper betel; Isolation, antiplateled and antiinflamatory effects" Journ. Biochem. Soc, Trans, Vol 21, No.4, p.462 S
    10. Sastrahidayat I.R; Soemarno D.S.MS; 1986, Budidaya Tanaman Tropika, Penerbit Usaha Nasional, Surabaya. P.118
    11. Schneider, G; 1985, Parmazeutische Biologie 2. Aufl. BI-Wissenschafts-verlag Mannheim. P.405
    12. Siti Sundari, Koensoemardijah, Nusratini; 1990, "Pemanfaatan minyak daun sirih dalam sediaan pasta gigi, daya antiseptika dan stabilitas pastanya"., DPPM Laporan Penelitian UGM, No.263/P4M/DPPM/BDXXV 1989. Yogyakarta.
    13. Yin, M.L., Liu J., Chen Z.L., Long K., Zeng H.W., 1991, "Some new PAF Antagonistic Neolignans from Piper betel"., Planta Med, Vol 57, Suppl. 2. A.66.

    Share

    Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites