Pages

Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Ekstraksi Bahan Alam

Sekedar mengingat kembali, istilah ekstraksi yaitu metode untuk memisahkan komponen solut (zat terlarut) dari campurannya dengan menggunakan sejumlah massa pelarut. Ada beberapa alasan mengapa memilih metode ekstraksi, antara lain :
  • Apabila senyawa yang akan dipisahkan terdiri dari komponen-komponen yang mempunyai titik didih yang berdekatan. 
  • Sensitif terhadap panas 
  • Merupakan campuran azeotrop.
Berdasarkan fase zat terlarut dan pelarut, ekstraksi dibedakan menjadi ekstraksi cair cair, ekstraksi padat-cair dan ekstraksi gas-cair.
Ekstraksi padat cair sering disebut dengan pelindian atau leaching. Jika zat terlarut yang tidak dikehendaki akan dihilangkan dari padatan dengan menggunakan air maka proses leaching tersebut dinamakan pencucian. Proses ekstraksi padat cair ini banyak digunakan pada industri bahan makanan, farmasi dan ekstraksi minyak nabati. Beberapa pelarut organik sering digunakan dalam ekstraksi padat-cair adalah alkohol (etanol), heksan, kloroform dan aseton.

Sedang faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses ekstraksi antara lain :
1. Jenis pelarut
Jenis pelarut mempengaruhi senyawa yang tersari, jumlah solut yang terekstrak dan kecepatan ekstraksi. Dalam dunia farmasi dan produk bahan obat alam, pelarut etanol, air dan campuran keduanya lebih sering dipilih karena dapat diterima oleh konsumen.
2. Temperatur
Secara umum, kenaikan temperatur akan meningkatkan jumlah zat terlarut ke dalam pelarut. Temperatur pada proses ekstraksi memang terbatas hingga suhu titik didih pelarut yang digunakan.
3. Rasio pelarut dan bahan baku
Jika rasio pelarut-bahan baku besar maka akan memperbesar pula jumlah senyawa yang terlarut. Akibatnya laju ekstraksi akan semakin meningkat. Akan tetapi semakin banyak pelarut, proses ekstraksi juga semakin mahal.  digunakan maka proses hilirnya akan semakin mahal.
4. Ukuran partikel
Laju ekstraksi juga meningkat apabila ukuran partikel bahan baku semakin kecil. Dalam arti lain, rendemen ekstrak akan semakin besar bila ukuran partikel semain kecil.

Pemilihan pelarut dalam proses ekstraksi
Pelarut yang baik pada proses ekstraksi adalah berdasarkan pada interaksi antara solut-pelarut. Pemilihan pelarut ekstraksi ini dapat dipilih menggunakan :
1. Tabel Robin (Robin Chart)
Tabel Robin menyajikan sistem pemilihan pelarut bagi suatu solut berdasarkan komposisi kimianya. Tabel Robin menyajikakan deviasi negatif, positif, atau netral dari interaksi solut-pelarut terhadap larutan ideal. Deviasi negatif dan netral mengindikasikan interaksi yang bagus diantara kelompok solut dan pelarut, sehingga kelarutan solut dalam pelarut menjadi tinggi.

2. Parameter kelarutan Hildebrand
Penggunaan parameter kelarutan dalam pemilihan pelarut adalah berdasar aturan kimia yang telah dikenal yakni “like dissolved like”. Jika gaya antar molekul antara molekul pelarut dan solute memiliki kekuatan yang mirip, maka pelarut tersebut merupakan pelarut yang baik bagi solut tersebut.

3. Pertimbangan Kriteria Pelarut
Selain menggunakan parameter kelarutan Hildebrand atau Tabel Robin, pemilihan pelarut juga dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa kriteria pemilihan pelarut seperti :
1.     Selektivitas
Pilih pelarut yang selektif sesuai polaritas senyawa yang akan disari agar mendapat ekstrak yang lebih murni.
2.     Kestabilan kimia dan panas
Pelarut yang dipilih harus stabil pada kondisi operasi ekstraksi dan proses hilir.
3.     Kecocokan dengan solut
Pelarut tidak boleh bereaksi dengan senyawa yang terlarut.
4.     Viskositas
Jika viskositas pelarut yang rendah maka koefisien difusi akan meningkat sehingga laju ekstraksi pun juga meningkat.
5.     Recoveri pelarut
Guna meningkatkan nilai ekonomis proses, pelarut perlu direcoveri sehingga dapat digunakan kembali. Pelarut yang mempunyai titik didih rendah, lebih ekonomis untuk direkoveri dan digunakan kembali.
6.     Tidak mudah terbakar
Untuk kepentingan safety, perlu memilih pelarut yang tidak mudah terbakar
7.     Tidak beracun
Pilih pelarut yang tidak beracun untuk keamanan produk dan keamanan bagi pekerja.
8.     Murah dan mudah diperoleh
Pilih pelarut yang harganya murah dan mudah diperoleh.

32 komentar:

  1. titik didih dalam ekstraksi bagaimana ??

    BalasHapus
  2. Jika titik didih yang dimaksud pada proses evaporasi adalah sama dengan titik didih pelarut, termasuk pada proses ekstraksi dengan metode sokletasi.

    BalasHapus
  3. Definisi rendemen itu apa?

    BalasHapus
  4. Rendemen merupakan prosentasi produk yang diperoleh dari suatu proses terhadap. Angka yg tertera adalah berat akhir per berat awal sebelum proses.

    BalasHapus
  5. Biasanya dalam mengekstrak kita menggunakan etanol, kenapa kita menggunakan etanol.????????

    BalasHapus
  6. Karena etanol mudah didapat, tidak beracun, bisa direcovery, harga lebih murah dibanding solvent non polar dan semipolar lain, selektifitas melarutkan tinggi.

    BalasHapus
  7. Lama ekstraksi trmasuk faktor nya ga?

    BalasHapus
  8. Lama ekstraksi berpengaruh pada metode maserasi dan perkolasi. Peak optimum variatif untuk setiap bahan/simplisia yang diekstraksi.

    BalasHapus
  9. jika kita mengekstrak menggunakan etanol 70% dan etanol 96% apakah perbandingan pelarutnya sama? kira2 hasilnya berbeda dimana? terimak kasih

    BalasHapus
  10. Rendemen ekstrak dan rasio senyawa terlarut beda karena perbedaan polaritas solvent.

    BalasHapus
  11. utk mengekstrak nikotin, lebih efektif dengan air atau etanol 96%? bagaimana rendemennya?

    BalasHapus
  12. Ekstraksi nikotin efektif menggunakan etanol 96% dibanding air karena nikotin bersifat semipolar. Rata-rata rendemen 15%.

    BalasHapus
  13. apa perbedaan pelarut etanol 70% dan 96% ? dan untuk mendapatkan ekstrak pelarut dengan konsentrasi mana yang paling baik ? terimakasi

    BalasHapus
  14. Etanol 70% lebih polar dibanding etanol 96%. Pemilihan solvent yang baik berdasar kandungan senyawa aktif dari simplisia yang diekstraksi. Pemilihan konsentrasi solvent yang tepat dapat dihitung menggunakan metode SLD (Simplex Lattice Design).

    BalasHapus
  15. kalau untuk melarutkan minyak dari tumbuhan, selain menggunakan n-heksana sebagai solvent nya, pelarut apa lagi yang baik untuk mengekstrak minyak? terimakasih

    BalasHapus
  16. Jika minyak terkandung asam lemak essential bissa petroleum eter, benzena atau chloroform. Jika minyak atsiri didestilasi saja.

    BalasHapus
  17. Bisa bantu jawab?
    1. Alasan penggunaan etanol 70% dalam pelarut ekstraksi
    2. Alasan menggunakan pelarut etanol 96% tuk melarutkan asam galat
    3. Alasan menggunakan pelarut etanol 80% tuk melarutkan quercetin.
    Mohon jwabnnya yah, lg pusing cari alasan dri pertanyaan 3 diatas. Makasih

    BalasHapus
  18. Pemilihan solvent ekstraksi dan konsentrasinya tergantung dari polaritas dan sifat senyawa yang akan disari. Etanol 70% efektif untuk mengekstraksi senyawa polar dan semipolar yg terkandung. Asam galat lebih baik 96% untuk menghindari terjadinya hidrolisis. Menggunakan yg PA lebih bagus tapi cost proses ekstraksi lebih mahal. Quercetin dengan solvent 80% mestinya dari data uji metode Simplex Latic Design.

    BalasHapus
  19. untuk melarutkan simplisia bawang bawangan, dan menggunakan metode maserasi, mengapa digunakan etanol70%,mengapa tidak etanol 95%?

    BalasHapus
  20. Tergantung senyawa yang diekstraksi. Jika dibutuhkan flavonoid, tanin, saponin menggunakan ethanol 70% hingga turun ke 30%. Untuk senyawa dengan gugus disulfit, sulfihidril, amina menggunakan ethanol 96% yang didingin dalam freezer.

    BalasHapus
  21. Mohon bantuannya, saya baca suatu jurnal, dijurnal tsb di maserasi simplisia kering dr bunga tumbuhan yg mgdung flavonoid. 1. Knpa hrs menggunakan etanol ? Knpa tdk air/ pelarut polar lainnya? 2. Meserasi simplisia kering mggunakan etanol 70℅, knpa tidak 95℅? Apa mgkin etanol95℅ utk tumbuhan segar, blm di keringkan?? Mohon bantuanny

    BalasHapus
  22. Maserasi merupakan proses dengan perendaman sehingga butuh solvent organik karena jika air saja akan ditumbuhi jamur/kapang dalam waktu 24jam. Prosesntase etanol tergantung dari polaritas senyawa yang diekstraksi. Flavonoid dalam alam secara umum bersifat polar sehingga solvent yang digunakan etanol 70% hingga lebih polar lagi 30%

    BalasHapus
  23. jika nilai randemen lebih 100% artinya appa ya kak ? dan apa saja yang sekiranya mempengaruhi rendemen tersebut ?

    BalasHapus
  24. Rendemen ekstrak rata-rata 3-30% tergantung metode ekstraksi dan solvent. Jika rendemen lebih dari 100% berarti masih banyak solvent belum terevaporasi.

    BalasHapus
  25. Metode ektrak apa yang bagus dalam pembuatan ekstrak kental dengan pelarut air? Mohon balasannya Kak

    BalasHapus
  26. Khusus pelarut air cukup dengan pelakuan mixing, bisa dengan pengaduk ultra turax/mixer dan langsung diperlakukan penyaringan & evaporasi. Proses evaporasi sempurna jika menggunakan freezdrier. Penggunaan metode maserasi, perkolasi, sokletasi tidak bisa diterapkan untuk pelarut air.

    BalasHapus
  27. Kalau simplisianya kulit batang bagus menggunanakan pelarut etanol 70%atau 96%?

    BalasHapus
  28. Solvent untuk ekstraksi tidak tergantung pada matrik sampel kulit batang,daun, akar, dst. Tapi tergantung polaritas kandungan senyawa aktif dalam sampel. Silahkan disebut kulit batang apa yang akan diekstraksi.

    BalasHapus
  29. Mau tanya mengapa evaporator mempengaruhi hasil rendemen ekstraksi?

    BalasHapus
  30. Proses evaporasi tidak mempengaruhi rendemen ekstrak. Proses evaporasi hanya menguapkan solvent dan kandungan volatile yang terdapat dalam ekstrak

    BalasHapus
  31. apakah ada keuntungan menggunakan pelarut etanol 96% pada penarikan senyawa-senyawa antioksidan (flavonoid, alkaloid, dan tanin) dibandingkan dengan etanol 70%?

    BalasHapus
  32. Tiap kandungan metabolit sekunder beda polaritas, jadi solvent ethanol 96% belum tentu lebih efektif menarik kandungan zat aktif. Misal alkaloid efektif dengan ethanol 95%, tannin efektif dengan ethanol 70% dibanding ethanol 96%, dst.

    BalasHapus