Sinonim : Alpinia galanga (L.) Swartz
Alpinia pyramidata Bl.
Kandungan kimia
Rimpang mengandung 0,5 - 1 % minyak atsiri yang terdiri dari sesquiterpen hidrokarbon, sesquiterpen alkohol sebagai komponen utama; minyak atsiri terdiri atas 5,6% sineol, 2,6% metilsinamat. Di samping itu terdapat pula (walau dalam jumlah relative kecil) eugenol; galangol (diaril heptanoid) (senyawa berasa pedas), gingerol; asetoksikavikol asetat, asetoksieugenol asetat, kariofillenol-1.4,5)
Gingerol C17H26O4 juga terkandung dalam rimpang jahe (Zingiber officinale Roscoe.) berupa minyak berwarna kuning, rasa pedas, indeks bias 1,5212. Larut dalam olkohol, eter, kloroform, benzena dan sedikit larut dalam petroleum eter panas.12)
Kaempferitrin (kaempferol ramnosida, C27H30O14) merupakan jarum warna putih dengan jarak lebur 190-1920C, sangat sukar larut dalam air dan alkohol mendidih. Apabila mengalami hidrolisis maka senyawa ini akan terurai menjadi kaempferol dan 2 molekul ramnosa.11)
Selain minyak atsiri terdapat pula flavonoid turunan quersetin, kaempferida. 7-hidroksi-3,5-dimetoksi flavon, galangin (3,5,7-tri-hidroksiflavon). alpinin, isorhamnetin, kaempferol. Kaempferol-4-metileter, kaempferol-7-metileter, quersetin. Quersetin-3-metileter, sterol-sterol lain dan glikosida sterol.1,7,12)
Kaempferol, C15H10O6 berbentuk jarum warna kuning, jarak lebur 276-2780C. Sukar larut dalam air, larut dalam alkohol panas, eter atau basa. Dengan pereaksi feri klorida akan memberi warna hijau, dengan pereaksi feri ammonium sulfat memberi warna purple. Senyawa ini bersifat mereduksi larutan Fehling dan perak ammoniakal.12)
Quersetin, C15H10O7 adalah bentuk aglikon dari glikosida quercitrin (yang telah melepas molekul L-ramnosa) merupakan jarum kuning yang larut dalam asam asetat glasial. Satu gram larut dalam 299 ml alkohol dingin, dan larut dalam 23 ml alkohol mendidih. Apabila bercampur dengan larutan basa akan memberi warna kuning kehijauan. Praktis tidak larut dalam air. Dengan pereaksi feric klorida memberi warna coklat kemerahan setelah dipanaskan. Kegunaan dalam pengobatan adalah untuk mengobati kerapuhan. LD50 per oral pada mencit adalah 160 mg/kgBB.12)
Dari jenis alpinia yang lain (Alpinia speciosa) ditemukan 28 macam komponen minyak atsiri, yakni:
A-Thujen ; d-a-Pinen ; b-Pinen ; Camphene ; Sabinen ; Mirsene ; A-fellandren ; a-Terpinen ; p-Cymene ; Limonen ; 1,8-Sineol ; A-Terpinolen ; Linaalool ; a-Thujone ; Trans-Pinokarvenol ; 4-Terpineol ; A-Terpineol ; Mirtenol ; Verbenon ; trans-karveol ; Karvone ; Perillaldehida ; Isobornilasetat ; Terpenilasetat ; B-Bourbonen ; b-Kariofillen ; Trans-b-Bergamoten ; Metil sinamat ; (P-simene, 1,8-sineole, dan a-terpinene merupakan komponen utama).13)
Sifat-sifat Minyak Lengkuas : (menurut Schimmel & Co).3)
Berat jenis 15o : 0,9847
Rotasi optik : + 4o 20’
Indeks bias 20o : 1,5164
Bilangan asam : 1,8
Bilangan ester : 145,6
Kandungan eugenol : 3 - 4%
Kelarutan : Campur dengan alkohol absolut.
Persyaratan Mutu.3)
Sebagai bahan obat, yang digunakan adalah lengkuas dalam bentuk simplisia (disebut Galangae Rhizome), yaitu bentuk rajangan rimpang lengkuas yang telah dikeringkan di bawah sinar matahari tak langsung, sehingga kadar minyak atsiri yang dikandungnya tidak kurang dari 0,5% v/b.
Kadar abu : Tidak lebih dari 3,9%
Bahan organik asing : Tidak lebih dari 2,0%
Efek biologi
Spasmolitik, antiradang (menghambat sintesis prostalglandin), antibakteri. Asetoksikavikol asetat dapat mempunyai aktivitas antitumor.5)
Sediaan Farmasi
Tinctura aromatica, N.F V. yang ramuan-nya terdiri atas Manis jangan (Cinnamomi), Jahe (Z. officinale), Lengkuas (A. officinale), Cengkeh (E. caryophyllata) dan Kapulaga (A. cardamomum).8)
Dosis
Untuk obat panu, 1 jari rimpang segar disayat miring/serong, lalu diulaskan pada panu (tidak perlu digosok, sekedar airnya membasahi panu sudah cukup).
Kegunaan di masyarakat
Digunakan untuk penyembuhan penyakit kulit panu, eksem, koreng, masuk angin, perut tidak enak, kurang nafsu makan, gangguan pernafasan (bronchial catarrh) pada anak-anak, juga untuk stimulansia aromatikum.6,8,13)
Sebagai obat dalam rimpang, lengkuas digunakan untuk mengobati gangguan pencernaan, meredakan kolik atau mules (meredakan aktivitas peristaltik usus). Sebagai penawar keracunan makanan dan anti kejang. Juga untuk obat kanker pada lambung.9)
Parutan rimpang segar digunakan untuk menanggulangi gangguan limpa dan herpes. Uap yang diperoleh dari hasil pengembunan kukusan tunas batang digunakan untuk mengobati sakit telinga.3,9)
Bubur bayi sering diberi bumbu rimpang lengkuas ini, di samping supaya sedap, juga dimaksudkan untuk mencegah kembung pada bayi.
Untuk obat luar, rimpang ini digunakan sebagai obat gosok (dimaserasi dengan anggur), obat kulit melepuh, sebagai anti jamur (obat panu dan penyakit kulit lainnya.9)
Daunnya diinfus atau dekok digunakan sebagai stimulansia, dan campuran air mandi untuk pembersih badan setelah melahirkan dan meredakan rasa sakit pada rematik (dikenal dengan istilah "mandi hangat"). Bijinya juga berbau aromatis, digunakan untuk meredakan kolik / mules perut, diare dan anti mual. 3,9)
Rimpangnya sendiri merupakan bahan bumbu dapur yang penting dalam resep-resep masakan Indonesia, untuk bumbu dendeng, kuah sate dan lain sebagainya. Sedangkan ampas rimpang laos setelah diambil patinya, dicampur dengan parutan kelapa, ditambah "tempe bosok", garam, bawang putih, dan kencur digunakan sebagai bahan makanan lain yang disebut gembrot (Jawa), biasa dimakan bersama cabe merah setelah terlebih dahulu dipanggang dalam bungkus daun pisang.3)
Kegunaan dalam pengobatan adalah untuk mengobati kerapuhan pembuluh darah kapiler. Dosis 10-20 mg.
Cara pemakaian di masyarakat
Mengobati influenza
Rimpang lengkuas 1 jari, daun patikan kerbau ¼ genggam, daun prasman ¼ genggam, bawang putih 3 butir, gula-enau 3 jari, dicuci dan dipotong-potong seperlunya, direbus dengan air bersih 3 gelas sehingga hanya tinggal kurang lebih ¾ nya, sesudah dingin disaring lalu diminum (3 x sehari).7)
Pengobatan Bronkitis
Rimpang lengkuas 1 jari, dicuci bersih lalu digiling halus-halus, diberi air masak 3 sendok makan, dan garam sedikit, diperas dan disaring lalu diminum (2 x sehari).7)
Mengobati panu
Rimpang lengkuas ditumbuk bersama-sama dengan garam, hasil tumbukan digunakan dengan cara menggosokannya pada kulit yang terkena panu. Setelah itu berjemur di bawah sinar matahari sebentar.7)
Deskripsi Tanaman
Perawakan : herba tegak, daratan, beberapa batang semu.Rimpang (Rhizome): merayap berdaging, akar serabut berkembang, umbi akar tidak ada, pada material segar berbau wangi.
Batang : semu, tidak bercabang, tidak berongga, bulat.
Daun : tunggal lengkap, pelepah membentuk lentang semu, helaian lanset, ujung tidak seimbang, runcing, dengan rambut tersebar, rabaan bagian atas halus, helaian terbesar 25 - 47 x 3.5 - 11.5 cm, tangkai daun berambut, 1 - 1.5 cm, lidah daun datar, berambut rapat, rata-rata 1 cm (panjang), helaian bagian atas berambut halus, lainnya gundul.
Bunga : majemuk malai, cabang lateral 1-3 cm, bawah 3-6 bunga atas 1-2 bunga, daun pelindung kedua menarik, tetap menyusun buah, 1.5 - 1.7 x 2 - 4 mm, lanset, runcing, daun pelindung pertama tipis mudah kering 5 - 16 x 1 - 2 cm, tangkai bunga 1 - 1.75 cm.
Kelopak : 3 dan berbentuk lonceng - infundibulum, agak lebar, putih - putih kehijauan, gundul, rata-rata 1-2 cm, lobus putih.
Mahkota : 3 daun mahkota, ujung membulat, gundul, tabung mahkota setinggi kelopak, lobus hijau terang, ujung putih, rata-rata 2 cm, bagian posterior lebar 0,8 cm, lainnya lebih kecil.
Benangsari : fertil 1, 5 lainnya menjadi bibir (labellum) dan dipangkalnya terdapat staminodia, bibir terbagi 2 di atas ¾ bagiannya bebas eliptik, bergigi sepanjang tepi, gundul, separo bawah hijau, lalu putih dengan gari ungu merah, rata-rata 2.5 cm.
Putik : Bakal buah memanjang, berambut pendek, 2-3 mm, kepala putik 3 sudut, rata-rata 3 mm. Buah: bentuk elip, dengan kelopak tetap, gundul, kasap dalam keadaan kering, merah anggur, rata-rata 1,5 cm. Biji : 4-5 buah, plano-convex, 5-6 mm.2)
Waktu berbunga : Januari - Desember (dengan interval)
Distribusi : Pada umumnya di tanam di hutan dan tepi hutan.
Sifat khas
Bentuk rimpang dan bau remasan rimpang dan daun sangat dikenali oleh masyarakat Jawa sebagai “laos” sebagai bumbu.
Budidaya
Tanaman dapat diperbanyak dengan rimpang atau biji, namun umumnya lebih mudah diperbanyak dengan menggunakan rimpang. Rimpang yang baik untuk bibit adalah bagian ujungnya.
Pengolahan tanah dilakukan dengan menggemburkan tanah dan dibuat guludan-guludan. Pupuk yang digunakan meliputi pupuk kandang, kompos, dan pupuk buatan. Juga diperlukan bahan-bahan kimia untuk pemberantasan gulma.
Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 2,5 - 3 bulan, dan jangan lebih tua dari umur tersebut, karena rimpang akan mengandung serat kasar yang tidak disukai di pasaran.10)
Pustaka
- Anonim, 1993, Standard of ASEAN Herbal Medicine., Vol. I., Published by ASEAN Countries., Jakarta, Indonesia., P.244-255
- Backer G.A., and RCB. Bakhuizen, 1965, Flora of Java., Vol. 2., P. Noordhoff, Groningen.
- Didik Gunawan, Sri Mulyani, CJ. Sugihardjo., Koensumardiyah, 1989, Empon-empon dan Tanaman Lain dalam Zingiberaceae., Perhimpunan Peneliti Obat Alami (PERHIBA) Komisariat Yogyakarta bekerja sma dengan IKIP Semarang Press., Semarang.
- Hegnauer, R, 1986, Chemotaxonomic def Pflanzen, Band 7, Birkhauser Verlag, Stuttgart., P,.781
- Kondo, Akira; Ohigashi, Hajime; Murakami, Akira; Suratwadee, Jiwajinda; Koshimizu Koichi, 1996, "1'-Acetoxychavicol acetate as potent inhibitor of tumor promoter-induced Epstein-Barr virus activation from Languas galanga, a traditional Thai condiment"., Journ. Biosc., Biotechnol., Bioche., Vol 57, No.8, p.1335-1344
- Lewis W.H; 1977, Medical Botany (plants affecting man's health), John Willey and Sons, New York, p.300.
- Mardisiswojo, S., & Rajakmangunsudarso, H., 1987, Cabe Puyang Warisan Nenek Moyang, Balai Pustaka, Jakarta.
- Osol A., & Farrar GE., 1955, The Dispensatory of The United States of America., 25th Ed., J.B. Lippingcott Co., Philadelphia., USA., P.1696
- Perry L.M., 1980, Medicinal Plants of East and Southeast Asia: Attributed, Properties, and Uses., The MIT Press., Massachusetts., p.58, 269, 273, 324, 436, 443.
- Sastrahidyata I.R; Soemarno D.S.MS; 1986. Budidaya Tanaman Tropika, Penerbit Usaha Nasional, Surabaya, hal. 136-137.
- Sri Sugati, 1991 Sugati S., Johny Ria Hutapea, 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia., Jilid I., Balitbang Kesehatan., DepKes RI. Jakarta, p.26-27.
- Stecher P.G. (Editor), 1968, The Merck Index: an Encyclopedia of Chemicals and Drugs., Merck & Co. Inc. USA., p. 31-32,472
- Wichtl M; 1994. Herbal Drugs and Phytopharmaceuticals. Medpharm Scientific Publishers Stuttgart p.59-62, 415-418.
- Zoghbi M.C.B; Ramos L.S; Maia J.G.S; Silva M.L; 1984, "Essential oils of some amazonian Zingiberaceae, 3 Genera Alpinia and Rengalmia"., Journal of Natural Product, p.907.12)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar