Pages

Kemukus (Piper cubeba L. f.)

Suku       : Piperaceae
Sinonim : Cubila officinalis Miq.

Kandungan kimia
Minyak atsiri 10-20% terdiri atas kadinen, sineol, karen, sabinen, pinen, kamfor, azulen, teerpineol. Asam Kubebat lebih kurang 1%, damar 2,5-3,5%, zat pahit (kubebin 0,3-3%), piperin 0,1-0,4%, gom, pati dan minyak lemak.3,11,16)

Buah Piper kubeba (kemukus) mengandung senyawa lignan yang terdiri dari kubebin, hinokinin, klusin, dihidrokubebin, dihidro-klusin, kubebinin yatein, kubebino-lida, kordigerin, isoyatein (2R,3R)-2-(3",4"-metilen-dioksi-benzil)-3-(3',4'-dimetoksi-benzil) butirolakton. Minyak atsiri 10-15% dan oleoresin 3% yang terdiri dari kubebin 2% asam kebebat 1%.4)

Kubebin C20H20O6 adalah senyawa tak berbau, berbentuk kristal jarum kecil, melebur pada 132oC, memiliki rasa pahit dalam larutan alkohol. Dia larut dalam alkohol, kloroform dan eter. Pada proses oksidasi, akan terurai menjadi kubebinolida, yang identik dengan hinokinin, yaitu suatu senyawa resin fenolik alami.
Asam Kubebat adalah senyawa amorf berwarna putih. Dia memiliki nilai terapi 1-3% dari seluruh biji kemukus, tergantung dari kadarnya.9)

Efek biologik
Karena memiliki aksi mengiritasi lokal terutama pada membrana mukosa, maka kemukus sering digunakan sebagai stimulansia (misalnya sebagai perangsang keluarnya air seni, air liur, angin perut dan sebagainya). Senyawa aktif dari kemukus seluruhnya dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal, pada organ inipun, melalui saluran kencing akan mengiritasi membarana mukosa yang bersangkutan, hingga merangsang keluarnya air seni. Disamping itu oleh adanya kandungan resin-resin fenolik yang bersifat antiseptik, maka sering digunakan untuk menghentikan (atau setidaknya memperlambat) semakin parahnya penyakit-penyakti infeksi pada kelamin.9)

Minyak atsiri kemukus dilaporkan dapat mengurangi rata-rata kematian tikus yang diinjeksi dengan virus influenza dibanding dengan kontrol. Ekstrak heksana buah kemukus memberikan efek bronkodilatasi terhadap trakhea terpisah yang telah diberi bronkokonstriktor. Hal ini membuka kesempatan untuk diteliti dengan seksama.
Stimulant, Carminative, Expectorant.16)

Dosis
Untuk obat sesak nafas, 5 g serbuk biji diseduh dengan 1 gelas air, setelah dingin disaring, hasil saringan ditambah 1 sendok makan madu, aduk lalu diminum sekaligus.15)
Untuk radang selaput lendir digunakan 2 gram (0,6-4 gram) serbuk biji yang telah dikeringkan.5,9)

Identifikasi
Pemberian 1 tetes asam sulfat pekat pada serbuk biji memberi warna ungu kemerahan.
Kadar minyak atsiri ditetapkan berdasar-kan penetapan kadar minyak atsiri dari buku resmi The National Formulary Edisi X.

Keseragaman Mutu
Keseragaman mutu diacu berdasarkan buku NF edisi X, buku The United States Dispensatory (USD) serta buku United States of Phamacopoeia (USP) sebagai berikut 9) :

  • Cemaran buah muda : tidak boleh lebih dari 10%
  • Cemaran batang/ranting : tidak boleh lebih dari 5%
  • Cemaran bahan asing : tidak boleh lebih dari 2%
  • Kadar abu : tidak boleh lebih dari 8%
  • Kadar abu tak larut asam : tidak boleh lebih dari 2%
Bentuk sediaan
Oleum Cubebae adalah minyak atsiri yang diperoleh dari hasil penyulingan buah Piper cubeba Linn, yang disimpan dalam botol gelap tertutup rapat, di tempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya. Oeum Cubebae tidak boleh lebih dari berwarna atau sedikit hijau sampai kuning kehijauan dengan bau yang khas kemukus. Bobot jenis pada suhu 25OC adalah 0,905-0,925, memutar bidang polarisasi ke kiri -20OC hingga -40OCpada suhu 25OC. Larutan dalam alkohol menunjukkan reaksi netral terhadap lakmus.

Oleoresin Cubebae
Cara membuat oleoresin Cubebae skala laboratorium sbb: 500 g serbuk kemukus (ayakan nomor 30) dimasukkan ke dalam alat perkolator gelas, lalu direndam dengan alkohol sampai semua serbuk terendam, lalu teteskan pelan-pelan. Apabila cadangan alkohol yang digunakan untuk merendam serbuk berkurang, maka ditambahkan lagi alkohol sampai semua alkohol yang menetes jernih tidak berwarna. Hasil tetesan (perkolat) diuapkan dengan vacuum evaporator hingga diperoleh sari yang pekat. Residu yang berupa masa kental seperti lilin dan bahan-bahan yang mengkristal tidak digunakan , yang digunakan sebagai oleoresin adalah bagian cairannya. Dosis 0,5 gram.

Troschisci Cubebae : 2 gram oleoresin dicampur bersama 1 ml minyak sassafras, 25 gram sari kering glycirrhiza, 12 gram serbuk acacia, dan sirup secukupnya sampai dicapai berat 100 gram.1,9)

Kegunaan di masyarakat
Secara tradisional buah kemukus digunakan untuk peluruh air seni, asma, peluruh air liur, pencegah mual dan peluruh kentut.3,7) Fructus cubebae memberikan efek stimulasi selaput lendir, sehingga dapat digunakan untuk pengobatan bronkitis, bahan ini digunakan dalam bentuk serbuk (jarang dalam bentuk ekstrak atau minyak menguapnya), sebagai campuran rokok untuk asma. Minyaknya digunakan dalam pengobatan kencing nanah.6) 

Deskripsi
Perawakan : semak, memanjat, 5 - 15 m.
Batang: Bulat, pemanjat dengan akar pelekat, dundul, buku membenjol.
Daun : tunggal, bertangkai, duduk berseling, bentuk bulat telur atau bulat telur memanjang, pangkal jantung atau membulat, ujung meruncing pendek, permukaan berambut pubes, dengan kelenjar-kelenjar rapat, 8 - 15 cm x 2,5 - 9 cm, tangkai 0,5 - 2 cm.
Bunga : majemuk bulir (untai), 3 - 10 cm, daun pelindung permukaan atas berambut pubes, berumah satu, tangkai induk 0,5 - 2 cm.
Bulir jantan : daun pelindung bulat memanjang - bulat telur terbalik, 1,5 - 2 cm x 0,75 - 1 cm, benang sari.
Bulir betina : agak melengkung, daun pelindung bulat memanjang, 4 - 5 mm x 8 mm, aksis dari bulir gundul, kepala putik 3 - 5 .
Buah : 3 - 15 mm, berkerut pangkal membulat, jingga tua, diameter 6-8 mm. Biji : bulat bola.

Waktu berbunga  : Januari - Desember
Distribusi               : Di Jawa pada elevasi 10 - 400 m.dpl., Di hutan dan di budidaya.
Keanekaragaman : Memiliki variasi morfologi

Budidaya
Tanaman kemukus dapat tahan hidup hingga 15 tahun lebih, ditanam melalui stek berukuran 7 ruas (tanpa daun) atau menggunakan stek satu ruas (berdaun satu) dari batang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda, sementara pohon pnjatan yang baik adalah pohon turi (Sesbania grandiflora) atau tanaman gamal (Glyricidia sp.). Media stek yang dipakai adalah tanah yang gembur dan miskin pasir, lingkungan stek harus lembab, namun tidak becek, pembuangan kelebihan air perlu diperhatikan. Stek daun tidak tahan terhadap sengatan panas matahari, maka perlu naungan atap atau sejenisnya. Penyakit yang sering dijumpai ialah Cephaleuros virescens, suatu ganggang yang dapat menimbulkan bercak-bercak pada daun dan ranting dan dapat menggugurkannya. Penyakit lain dapat menyerang pada akar dan pangkal batang.2)

Pustaka
  1. Anonim, 1916, The Pharmacopoeia of the United States of America., 9th Ed., P. Blakiston's Son & Co., Philadelphia.
  2. Anonim, 1979, Materia Medika Indo-nesia, jilid I, Departemen Kesehatan RI, hal 79.
  3. Anonim , 1985, Tanaman Obat Indo-nesia., Jilid I., Depatemen Kesehatan RI., Jakarta p.44-45.
  4. Badheka, L.P; Prabhu B.R; Mulchandani NB; 1986 Dibuty-rolactone lignans from Piper cubeba, Phytochemistry, vol 25, No.2, p.487-489.
  5. Bambang Sutrisno R., 1974, Ichtisar Farmakognosi., Edisi IV., Pharma-science Pasific., Jakarta., P.170
  6. Heyne, K; 1952, De Nuttige Planten van Indonesie, N.V.Uitgeverijw van Hoeve-'s Gravenhagen, Bandung.
  7. Mardisiswojo. S, Mangunsudarso R.H., 1965, Tjabe Pujang Warisan Nenek Mojang, cetakan I, penerbit Prapantja., Jakarta., P.41.
  8. Nadkarni A, K; (1954) Indian Materia Medica 3rd Ed. Vol 2 p.400-401.
  9. Osol A., GE. Farrar, 1955, The Dispensatory of the United States of America., 25th Ed. J.B. Lippincott Company., Philadelphia., P.403-404.
  10. Paris, R.R; Moyse M.H; 1981 Matiere Medicale., Tome II, Masson, Paris, p.115.
  11. Perry, L.M; 1980, Medicinal Plants of East and Southeast Asia, The MIT Press, Cambridge-London.
  12. Rismunandar, 1993, Lada: Budidaya dan Tata Niaganya., Panebar Swadaya., Jakarta.
  13. van Steenis, C.G.G.J., 1975, Flora Untuk Anak Sekolah di Indonesia, P.T. Radnya Paramita, Jakarta.
  14. Soediarto, 1985, Tiga Puluh Tahun Penelitian Tanaman Obat, Seri pengembangan, No.5, Pusat Perpustakaan Pertanian dan Biologi, Bogor.
  15. Sri Sugati, 1991 Sugati S., Johny Ria Hutapea, 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia., Jilid I., Balitbang Kesehatan., DepKes RI. Jakarta, p. 456-457.
  16. Wagner, H; 1984, Plant Drugs Analysis, Springer Verlag, Berling, p.249-250.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar