Kandungan kimia
Andrografolida, meoandrographlide, homoandrografolida, 14-deoksi-11,12-didehidroandrografolida,
14-deoksi-11-oksoandroprafolida, 14-deoksiandro-grafolide, andrografin, panikulida A, B dan C, panikulin, 5-hydroksi-2',7,8-trimetoksiflavon, 2',5-dihidroksi-7,8-dimetoksiflavon, 4'7-dimetilterpigenin dan mono-O-metilwigtin.6,9,10,14,15)
Efek biologik
Daun sambiloto yang diinfus dengan kadar 20% menunjukkan efek penurunan kadar glukosa darah kelinci secara bermakna tetapi lebih kecil dan lebih lambat dari efek tolbutamida.7) Dekok daun sambiloto secara invitro dapat membunuh mikrofilaria Dipetalonema reconditum dalam waktu 40 menit. Injeksi 3 kali ekstrak sambiloto dengan dosis 0,06 ml/kg berat badan secara subkutan pada anjing yang telah diinfeksikan berhasil mengurangi lebih dari 85% mikrofilaria dalam darah.
Andrografolida, C20H30O5 adalah kristal yang ditemukan pertama kali oleh Gorter pada tahun 1911, baru berhasil diisolasi tahun 1914 dengan titik lebur sekitar 2180C disertai dekomposisi. Larutan dalam asam asetat memutar bidang polarisasi ke kiri sebesar -1260. Sukar larut dalam air, larut dalam aseton, metanol, kloroform dan eter.11)Uji toksisitas pada kelinci menunjukkan keamanan penggunaan obat ini. Kelesuan pada anjing yang diobati dengan dekok daun sambiloto pada minggu pertama kemungkinan akibat pengaruh terbunuhnya mikrofilariaa secara masal.4)
Dosis
Serbuk 10-15 gram dibuat dekok dalam 500 ml air (direbus selama 15 menit, terhitung setelah mendidih), diminum 2 kali sehari.
Kegunaan di masyarakat
Secara tradisional daun ssambiloto digunakan sebagai peluruh air seni, penurun panas, obat penyakit kencing manis, disentri basiler, influenza, radang amandel, radang paru-paru, radang saluran pernafasan, radang ginjal, obat gatal, gigitan ular berbisa, bisul, luka bakar, luka karena infeksi, abses dan kudis.
Cara pemakaian di masyarakat
Mengobati masuk angin :
Sambiloto (seutuhnya) 3 batang, dicuci lalu direbus dengan air bersih 4 gelas sehingga hanya tinggal kurang lebih 3/4nya, sesudah dingin disaring lalu diminum dengan madu seperlunya tinggal kira-kira ¾ nya. (3 x sehari masing-masing ¾ gelas).2) Mengobati kencing manis :
Daun Sambiloto 1/3 genggam, daun kumis kucing 1/3 genggam, botrowali ¾ jari, dicuci dan dipotong-potong seperlunya, direbus dengan air bersih 3 gelas sehingga hanya tinggal kira-kira ¾ nya, sesudah dingin disaring, diminum sesudah makan (2-3 x sehari masing-masing ¾ gelas).2)
Mengobati amandel :
Daun sambiloto ¾ gelas minum, dicuci lalu direbus dengan air bersih 3 gelas minum sehingga hanya tinggal 3/4nya, sesudah dingin disaring lalu diminum dengan madu 1 sendok makan (3 x sehari masing-masing ¾ gelas).2) dingin disaring lalu diminum dengan madu seperlunya tinggal kira-kira ¾ nya. (3 x sehari masing-masing ¾ gelas).2)
Mengobati kencing manis :
Daun Sambiloto 1/3 genggam, daun kumis kucing 1/3 genggam, botrowali ¾ jari, dicuci dan dipotong-potong seperlunya, direbus dengan air bersih 3 gelas sehingga hanya tinggal kira-kira ¾ nya, sesudah dingin disaring, diminum sesudah makan (2-3 x sehari masing-masing ¾ gelas).2)
Mengobati amandel :
Daun sambiloto ¾ gelas minum, dicuci lalu direbus dengan air bersih 3 gelas minum sehingga hanya tinggal 3/4nya, sesudah dingin disaring lalu diminum dengan madu 1 sendok makan (3 x sehari masing-masing ¾ gelas).2)
Deskripsi
Perawakan: Herba, tegak, 0,4 - 0,9 m. Batang: bersegi empat, tajam, setiap buku menebal, Daun: tunggal, berhadapan, tangkai 0,35 - 0,5 cm, helaian lanset, pangkal runcing-agak runcing, 3 - 12 cm x 1-3 cm, daun teratas menyerupai daun pelindung. Bunga: susunan malai, dengan cabang tandan. Kelopak: 5 daun berlekatan, dengan cuping berbagi, cuping kecil, tidak seimbang. Mahkota: tabung mahkota lurus, rata-rata 0,6 cm, limbus berbibir, cuping 3, putik dengan bintik ungu, rata-rata 0,6 cm. Benang sari: tertancap di lorong mahkota, tangkai sempit, pangkal menebal, rata-rata 0,6 cm, kepala sari tipe basalis. Putik: bakal buah 4 - 7 bakal biji, tangkai ujung melengkung, tepala 2 bagian (lobus). Buah: gepeng (pipih dorsiventral) dengan rambut kelenjar, 1,5 - 1,7 x 3,5 - 4 mm.2)
Waktu berbunga: Januari - Desember
Distribusi
Di Jawa pada elevasi 1 - 700 m dpl. Di celah-celah hunian, tepi jalan, kadang-kadang banyak sekali secara lokal.
Sifat khas
Daun memiliki pola warna hijau tua kecoklatan atau merah bata, dan rasa daun pahit.2)
Budidaya
Tanaman sambiloto banyak tumbuh pada tempat-tempat dengan ketinggian 700 m di atas permukaan laut, dan sering dijumpai ditanam orang atau tumbuhan liar.6) Tanaman sambiloto dapat memproduksi senyawa sesquiterpen yang terkumpul menjadi diterpenoid, tetapi pada budidaya jaringan hanya menghasilkan 3 sesquiterpen yang disebut sebagai panikulida a, b dan c yang tidak terkumpul menjadi diterpenoid. Budidaya kultur jaringan dapat mengubah mevalonat menjadi sis, transfarnesol dan y-bisabolen.12) Kalus dan kultur suspensi daun, batang, hipokotil, akar dan kecambah tanaman sambiloto dapat memproduksi 3 sesquiterpen lakton. Perlakuan terhadap klus hipokotil dengan 6-9 mg/l 2,4-D, 0,3 mg/l NAA atau 6 mg/l IAA atau benazoline ternyata tidak memproduksi panikulida.2)
Pustaka
Anonim, 1985, Tanaman Obat Indonesia, Dit.Jen. POM., Jilid I, Departemen Kesehatan R.I., Jakarta, hal. 25.
Backer, C. A., and Bakhuizen, R.C.B., 1968. Flora of Java. Vol II & III, P.Noordhoff, Groningen.
Butcher, D.N., and Conolly, J.D., 1971, " An Investigation of factors which onfkuence the production of abnormal terpenoids by callus cultures of Andrographis paniculata Nees"., J.Exp. Bot., 22 (71), p. 314-322.
Dharma, A.P., 1985, Tanaman Obat Tradisional Indonesia, PN Balai Pustaka, Jakarta
Dutta, A., and Sukul, N.C., 1982, " Filaricidal properties of wild herbs Andrographis paniculata"., J. Helmin-thol., 56 (2). P. 81-84.
Gupta, K. K., Taneja S.C., Dhar, K.L. and Atal C.K., 1983, "Flavonoids of Andrographis paniculata"., Phyto-chemistry, 22 (1). P. 314-315.
Kloppenburg J. - Versteegh, 1983, Petunjuk Lengkap Mengenai Tanaman-tanaman di Indonesia dan Khasiatnya sebagai Obat-obatan Tradisionil., Jilid I, Bagian Botani., Yayasan Dana Sejahtera & RS Bethesda., Yogyakarta., p. 149-150.
Mardisiswojo, S., & Rajakmangunsu-darso. 1987., Cabe Puyang Warisan Nenek Moyang., Balai Pustaka, Jakarta
Soedigdo, P., 1975, "Penelitian efek hipoglisemia komponen-komponen daun sambiloto, Andrographis paniculata Nees"., Simposium Penelitian Tanaman Obat I, Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Bogor.
Soediro, S., 1973, "Pemeriksaan zat pahit dalam daun sambiloto (Andrographis paniculata Nees dari Bandung, Jawa)"., Acta Pharma-ceutica, 4 (2), p.36-48
Sugati. S, 1991 Sugati S., Johny Ria Hutapea, 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia., Jilid I., Balitbang Kesehatan., DepKes RI. Jakarta, p.26-27.
Staba E.J., 1982, Plant Tissue Culture as -Source of Biochemicals., Boca Raton: CRC Press, Inc., P.69.
Stecher P.G. (Editor), 1968, The Merck Index: an Encyclopedia of Chemicals and Drugs., Merck & Co. Inc. USA., p. 31-32,472
Viswanathan S., 1981, "The effect of Apigenin 7,4'-di-O-methylether, a flavone from Andrographis paniculata on experimentally induced ulcer", Indian J.Pharm.Sci., 43 (5), p.159-161.
Weiming C. and Xiaotian, L. 1982, "Deoxyandrographolide-19--D-glucoside from the leaves of Andrographis paniculata Nees"., Planta Medica, 45 (4), p.245-246.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar