Emulsi merupakan sistem
multifase di mana salah satu fase (fase kontinyu) mengandung droplet fase yang
lain (fase terdispersi). Biasanya emulsi perawatan kulit merupakan sistem dua
fase di mana fase kontinyu memiliki volume relatif lebih besar daripada fase
terdispersi. Selain bentuk emulsi yang sederhana, terdapat emulsi jenis lain
yaitu multiple phase emulsion (misalnya
emulsi O/W/O), emulsi
liquid kristalin, dll.
Keuntungan penggunaan bentuk
emulsi kosmetik antara
lain :
1. Ditinjau
dari sisi estetika,
sediaan emulsi terlihat elegan, lebih menyenangkan dalam
penggunaan karena kandungan air dalam sediaan dapat memberikan efek dingin pada
kulit bila dibandingkan dengan sediaan yang hanya menggunakan minyak.
2. Dapat
dibuat menjadi bermacam-macam bentuk sediaan dengan berbagai sifat
Emulsi dapat dibuat menjadi
bermacam bentuk sediaan seperti krim, lotion, susu, dan pasta. Selain itu,
emulsi memiliki bermacam sifat bahan penyusun mulai dari yang ringan sampai
berat, dari yang berminyak sampai kering, dari yang mudah diabsorpsi sampai
yang sulit diabsorpsi (membentuk lapisan film pada kulit).
3. Merupakan
inklusi zat aktif
karena emulsi dapat mengandung berbagai macam zat aktif, baik
yang larut minyak maupun larut air.
4. Dapat
menurunkan biaya secara keseluruhan
karena adanya kandungan air.
Hal yang harus diperhatikan
dalam proses pembuatan emulsi adalah ukuran partikel, energi yang dibutuhkan,
dan kondisi selama pembuatan. Masalah yang paling utama dalam pembuatan emulsi
kosmetik adalah minyak dan air tidak dapat bercampur. Hal ini disebabkan oleh
tingginya tegangan permukaan antarfase sehingga surface energy system juga akan meningkat. Untuk mengatasi hal
tersebut maka tegangan permukaan harus diturunkan.
Ada 2 cara yang dapat
digunakan untuk menurunkan tegangan permukaan, yaitu :
1. Cara
kimiawi (menggunakan surfaktan atau emulgator)
Emulgator merupakan molekul
yang bersifat amfifatik sehingga dapat berikatan dengan fase air dan fase
minyak.
2. Cara
mekanik (menggunakan pengadukan).
Pengadukan dengan kecepatan
tinggi akan menurunkan ukuran partikel fase terdispersi sehingga stabilitas
semakin tinggi.
Ada
beberapa faktor yang menentukan bentuk sediaan emulsi yaitu
pemilihan emulgator, sifat fisika kimia dari komponen fase minyak, volume tiap
fase, dan ukuran droplet.
Tipe Emulgator
Tipe-tipe emulgator yang dapat
digunakan yaitu :
Emulgator
anionik
Emulgator anionik yang diduga
pertama kali digunakan adalah sabun. Sabun dihasilkan dari netralisasi asam
stearat dengan natrium hidroksida. Sabun mempunyai sisi hidrofilik yang
bermuatan dan sisi hidrofobik yang merupakan lemak. Kelemahan dari sabun adalah
masalah pH dan mudah dipengaruhi oleh garam logam berat. Oleh karena itu, sabun
tidak digunakan lagi sebagai emulgator.
Emulgator anionik yang lebih
canggih yaitu minyak kelapa yang dimodifikasi. Minyak kelapa yang dimodifikasi
tersebut membentuk basis dari emulgator anionik sulfat dan eter sulfat (seperti
natrium lauril sulfat). Selain itu, substitusi eter pada rantai lemak akan
mengurangi sifat hidrofobik rantai lemak sehingga menghasilkan sistem emulsi
yang kurang menempel pada kulit.
Emulgator
nonionik
Emulgator nonionik biasa
digunakan dalam pelembab. Emulgator ini tidak mempunyai muatan. Rantai karbon
tak jenuh mudah disubstitusi oleh etilen oksida. Proses etoksilasi yang berbeda
dapat menghasilkan sifat amfifatik yang berbeda. Apabila panjang rantai karbon
dan cabang rantai berbeda maka akan dihasilkan molekul yang berbeda yang dapat
digunakan dalam pembuatan produk perawatan kulit.
Emulgator
kationik
Emulgator kationik digunakan
dalam formulasi produk perawatan kulit. Sebagian besar emulgator kationik
dikenal memiliki aktivitas antimikroba. Emulgator tipe ini tidak stabil pada pH
tinggi dan konsentrasi ion negatif yang tinggi. Permukaan kulit memiliki muatan
negatif sehingga emulgator kationik akan terikat pada kulit.
Emulgator
polimerik
Emulgator polimerik biasa
digunakan dalam pelembab. Contoh emulgator tipe ini adalah silikon atau asam
poliarilik. Polimer ini akan terdistribusi sepanjang permukaan air dan minyak.
Sisi lipofilik akan berikatan dengan fase minyak dan sisi hidrofilik akan
berikatan dengan fase air.
Pemilihan Emulgator
Sistem HLB (Hydrophilic / Lipophilic Balance) dikenalkan
secara sederhana sekitar 50 tahun yang lalu. Nilai HLB menunjukkan keseimbangan
antara ukuran dan kekuatan gugus hidrofilik (polar) dengan gugus lipofilik (non
polar) dari emulgator.
Semakin polar suatu molekul maka
emulgator akan semakin mudah masuk ke fase air dari emulsi tersebut. Sebaliknya
semakin non polar bagian yang lain, maka emulgator akan semakin menjadi bagian
dari fase minyak. Polaritas relatif tidak hanya akan mempengaruhi posisi akhir
emulgator di permukaan tetapi juga mempengaruhi stabilitas dan fluiditas emulsi
tersebut.
Sistem HLB menggunakan skala
1-20. Kombinasi emulgator dengan nilai HLB yang berbeda (misal HLB 5 dan HLB
15) dengan proporsi yang sama akan menghasilkan sistem HLB rata-rata (HLB 10).
Sistem HLB ini dapat digunakan untuk menentukan emulgator yang tepat.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi HLB meliputi faktor kimia, stereokimia, kemurnian tiap emulgator,
dan kemampuan untuk bercampur terhadap minyak dan air. Faktor-faktor ini
bermanfaat dalam perhitungan HLB. Selain itu bermanfaat untuk menentukan apakah
emulsi itu termasuk sistem w/o atau o/w.
Emulgator nonionik paling
banyak dipilih karena sistem HLB-nya lebih seimbang daripada emulgator anionik
dan kationik. Emulgator anionik lebih tepat digunakan untuk produk-produk leave-on. Campuran emulgator nonionik
dan anionik berguna sebagai awal pembuatan emulsi dengan memadukan keuntungan
dari kedua tipe emulgator. Emulgator nonionik memiliki keuntungan yaitu lebih
stabil pada perubahan pH, sedikit terpengaruh oleh konsentrasi garam, dan lebih
mudah dikombinasikan sebagai campuran emulgator.
Campuran emulgator dapat
dibuat dengan menggunakan panjang rantai karbon yang sama dan derajat
etoksilasi yang berbeda. Meskipun campuran emulgator memiliki HLB yang ekivalen
dengan emulgator tunggal pada panjang rantai yang serupa, namun akan
menghasilkan emulsi dengan kualitas yang lebih baik.
Stabilitas
Stabilitas adalah keadaan
yang menggambarkan bagaimana produk dapat diterima dalam penyimpanan dan
penggunaan setelah proses pembuatan, pengemasan, dan penyimpanan sementara di
etalase toko.
Beberapa
faktor masalah yang dapat mempengaruhi stabilitas emulsi antara
lain :
Masalah
|
Penyebab
|
Cara Mengatasi
|
Koalesensi dari droplet fase terdispersi
|
Kemungkinan droplet tidak stabil pada antarmuka
minyak-air
Gerak Brown
|
Meningkatkan tegangan antarmuka dengan memilih campuran
emulgator yang lebih stabil
Mengubah volume relatif tiap fase
Mengentalkan fase kontinyu
|
Flokulasi dari droplet fase terdistribusi
|
Droplet berikatan secara van der waals sehingga
menghasilkan droplet yang lebih besar.
|
Mengubah muatan permukaan droplet.
Mengubah volume relatif tiap fase
Mengentalkan fase kontinyu
|
Pengendapan atau floating
dari droplet fase terdispersi
|
Perbedaan kecepatan pengendapan yang besar antara fase
terdispersi dan fase kontinyu
|
Mengubah kecepatan pengendapan tiap fase
Mengubah viskositas fase kontinyu
Memperkecil ukuran partikel fase terdispersi
|
Pembalikan fase
|
Volume relatif yang tinggi
Ketidakstabilan antarmuka minyak-air
|
Mengubah volume relatif tiap fase
Mengubah campuran emulgator
Mengubah proses dengan meningkatkan tekanan geser dan
mengurangi ukuran partikel
|
Ostwald ripening
|
Terbentuknya droplet fase terdispersi yang besar, yang
terbentuk dari gabungan droplet ukuran kecil
Ketidakstabilan
permukaan minyak-air
|
Mengubah sifat kelarutan dari komponen fase terdispersi
untuk mencegah migrasi atau perpindahan fase kontinyu
|
Masalah-masalah tersebut
tidak berdiri sendiri-sendiri namun saling mempengaruhi. Sebagai contoh peningkatan
viskositas dari fase kontinyu akan
mengurangi efek gerak Brown dari fase terdispersi. Penggunaan bahan tambahan seperti
lilin (untuk fase kontinyu yang berupa minyak) atau polimer (untuk fase
kontinyu yang berupa air) akan meningkatkan kecepatan pengendapan dari fase kontinyu, mengubah tegangan
antarmuka air-minyak, dan mempengaruhi sifat alir.
Masalah-masalah di atas dapat
diatasi dengan penggunaan co-emulsi. Contohnya adalah setil alkohol CH3(CH2)15OH
di dalam sistem o/w. Bagian hidrofiliknya (alkohol) akan menempatkan diri pada
bagian hidrofil dari emulgator utama. Bagian hidrofobiknya tidak akan compatible dengan fase air tetapi akan
lebih mudah bergabung dengan bagian hidrofobik lainnya. Akibatnya beberapa
bagian hidrofilik dari emulgator kedua ini akan diproyeksikan kembali ke arah
fase air dan bagian hidrofobiknya akan berkumpul membentuk bilayer. Sebagai
perluasan dari prinsip ini, sebuah jaringan dengan struktur lamela dapat
membentuk matriks di seluruh fase kontinyu sehingga menghasilkan emulsi liquid
kristalin.
Keuntungan struktur tersebut
adalah dapat menambah stabilitas sistem dan menambah keuntungan dalam perawatan
kulit karena efek long-term
moisturization, serta memperbaiki estetika. Peningkatan stabilitas
disebabkan oleh penggunaan polimer. Beberapa macam polimer yang digunakan pada
sistem o/w adalah selulosa dan alginat. Polimer lain yang umum digunakan untuk
menstabilkan emulsi adalah sistem co-polimer, polyacrylic acid (karbopol). Pada kasus yang ekstrim, dapat juga
berperan sebagai emulgator tunggal dan karbopol termodifikasi dapat membuat
emulsi yang “bebas emulgator”.
Pada prinsipnya, penambahan
material akan menambah potensial interaksi yang dapat mengakibatkan
ketidakstabilan emulsi. Oleh karena itu formulator harus mengerti sifat fisika
kimia bahan mentah yang digunakan sehingga menghasilkan produk yang baik, yang
sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Ada berbagai metode yang
digunakan untuk mengukur stabilitas emulsi :
Metode
|
Prinsip
|
Keterangan
|
Mikroskopis
|
Melihat
perbedaan fase
|
Metode
ini berguna untuk uji kualitatif
Yang
dapat diamati : dark field,
kekontrasan fase, cahaya terpolarisasi, dan Nomarski optics
Emulsi
biasanya rusak selama proses
|
Laser particle sizer
|
Droplet
akan berinteraksi dengan sinar laser yang proporsional dengan ukurannya
|
Dibutuhkan
sampel yang cair
|
Tensiometer
|
Mengukur
tekanan yang dibutuhkan untuk menarik cincin atau piringan melalui interval
antara 2 lapisan
|
Memberikan
informasi dasar tegangan antarmuka tetapi hanya dapat dilakukan jika luas
permukaan interfase-nya besar
|
Rheometer
|
Mengukur
perubahan sifat viskoelastis emulsi di bawah tekanan
|
Kondisi
tekanan dan parameter interest
spesifik terhadap tipe emulsi
|
Turbidometer
|
Memeriksa
sifat bulk light scattering
|
Stabilitas
yang besar dapat diuji secara cepat dengan tes percepatan
|
Stabilitas
organoleptis dan fisikokimia
Karakteristik
fisikokimia pada tabel di atas dapat membantu menentukan stabilitas. Viskositas
dan penampilan mikroskopis biasanya digunakan untuk menentukan stabilitas.
Perubahan viskositas yang cepat menunjukkan perubahan struktur emulsi.
Peningkatan dan penurunan viskositas dapat mempengaruhi stabilitas dan
pengeluaran dari pengemas.
Metode
mikroskopis dapat membantu memahami alasan perubahan stabilitas. Dengan metode
ini, struktur emulsi dan homogenitas droplet (dalam hal ukuran dan struktur)
dapat digambarkan.
Kriteria
lain penilaian stabilitas difokuskan pada aspek sensory seperti bau, warna, dan viskositas. Selain itu sifat-sifat
objektif seperti pH dan viskositas mudah dicatat, sedangkan test stabilitas
dengan sifat-sifat sensory
membutuhkan referensi sampel standar, yang biasanya disimpan di suhu kamar.
Di
antara faktor-faktor tersebut, pH produk adalah faktor yang paling sering dites
dan perubahan pH dapat digunakan sebagai indikator keamanan. Hal ini hanya
berlaku untuk emulsi o/w, dan perubahan pH pada formulasi w/o dapat
mempengaruhi stabilitas produk keseluruhan.
Karakteristik
stabilitas akan ditentukan oleh pengemas. Sementara itu, gelas memiliki sifat inert,
sedangkan plastik dapat menyerap bahan baku. Beberapa ester yang digunakan
dalam formulasi dapat melarutkan pengemas tipe tertentu. Efek yang dihasilkan
bervariasi, mulai dari pelunakan pengemas dan deformasi pengemas sampai berkurangnya
kemampuan pengemas sebagai pelindung dari pertukaran gas dan kerusakan oleh mikroba.
Stabilitas
mikrobial
Kontaminasi
mikroba dapat mempengaruhi keamanan produk. Sumber kontaminasi berasal dari
bahan baku, proses dan penyimpanan bahan baku, pengemasan, penyimpanan produk
akhir, dan penggunaan dan penyimpanan produk oleh konsumen.
Pengemas
produk juga menjadi bagian penting. Pump pack
dan squeeze bottles dapat mencegah
kontaminasi dari kontak langsung dengan tangan. Namun squeeze bottles mempunyai kekurangan
yaitu dapat mengalami kontaminasi karena adanya peristiwa suck-back. Produk yang digunakan berkali-kali mempunyai ruang udara
yang besar dan mengalami kondensasi pada sisi-sisi pengemas yang dapat
menciptakan lingkungan yang cocok untuk tumbuhnya mikroba.
Penambahan
pengawet dan penggunaan metode barrier (seperti pump pack, single dose format) merupakan 2 strategi yang
umum digunakan sebagai pelindung terhadap kontaminasi setelah proses produksi. Untuk
mengurangi kontaminasi selama proses produksi, perlu mengikuti Good
Manufacturing Practice (GMP). Bahan baku atau proses yang digunakan tidak boleh
meningkatkan resiko kontaminasi mikroba.
BASIC MOISTURE LOTION
Tabel di bawah ini memberikan
uraian tentang beberapa macam basis lotion yang berfungsi sebagai pelembab.
Basis lotion
|
Kegunaan
|
Keterangan
|
Air
|
Pelarut
dari bahan aktif
Memberikan
efek dingin
|
Merupakan
fase kontinyu
|
Paraffinum
liquidum
|
Memberikan
lapisan occlusiv dari emolient
Menjaga
dan membuat kulit menjadi halus
|
Merupakan
disperse phase
Harga
murah
Resiko oksidasi
rendah
Kemampuan
untuk bercampur dengan fase air rendah
|
Gliserin
|
Humektan
|
Secara
polar dapat mengikat air
|
Caprylic/capric
triglycerid
|
Merupakan
minyak mineral
Memiliki
estetika yang lebih baik apabila
strukturnya ester
|
Dengan
rantai yang relatif pendek, caprylic/capric triglycerid dapat digunakan untuk
mengatur karakteristik lotion dalam formulasinya.
|
Dimethicone
|
Membuat
kulit menjadi licin Sebagai barrier dengan adanya fase minyak.
|
Adanya
perbedaan tingkatan minyak silikon
dalam hal panjang ikatan dan viskositas, akan memberikan manfaat yang berbeda
sebagai barier dan memberikan sensasi yang bebeda-beda di kulit.
|
Gliseril
stearat
|
Emulgator
nonionik
|
Lipofilik
> lipofobik dengan HLB 4
|
PEG100
stearat
|
Emulgator
nonionik
|
Lipofilik
< lipofobik dengan HLB 18
|
Setil
alkohol
|
Co-emulgator
/lilin
|
Menstabilkan
permukaan droplet fase pendispersi
Berperan
dalam menetukan viskositas
|
Karbomer
|
Cairan
pengental
|
Menaikkan
stabilitas,
Menambahkan
volume lotion
|
Natrium
hidroksida
|
Penetral
asam dari karbomer
|
|
Tetranatrium
EDTA
|
Sebagai
sequestrant, untuk mencegah ion logam berikatan dengan gugus kationik dari cairan
pengental
|
Menjaga
stabilitas mikrobial dengan menghilangkan ion logam
|
Parfum dan persevative
|
|
|
Agar dapat menggunakan
basis-basis di atas, fase minyak harus ada dalam bentuk cairan ketika berada
pada suhu kamar. Fase minyak yang tetap berbentuk cair dalam suhu ruangan
adalah ester rantai pendek. Selain itu, minyak mineral juga dapat dipakai
dengan manfaat dan stabilitas yang lebih baik daripada ester. Resiko minyak
mineral untuk menjadi tengik lebih rendah bila dibandingkan dengan ester.
Selain itu, minyak mineral juga memiliki harga yang lebih murah. Akan tetapi,
estetika yang dihasilkan oleh minyak mineral tidak terlalu bagus, sedangkan
ester dapat menaikkan skin-feel tanpa
mengurangi lubrisitas. Setil
alkohol dapat membentuk stabilitas emulsi dan menjaga viskositas. Penambahan
viskositas dari fase air tidak hanya menambah stabilitas, tetapi juga menambah
volume lotion. Gliserin yang ditambahkan sebagai pelembab memiliki efektifitas
yang lebih baik dibandingkan dengan jenis pelembab lain. Level dari pemakaian
gliserin tergantung pada target
pemasaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar