Kandungan
kimia
Senyawa terpenoid, fenil propana, alkaloid, steroid,
saponin, dan fenolik lain antara lain
flavonoid.14,16)
Batang
dan daun mengandung alkaloid, tanin, fito-sterol dan zat warna brazilin.
Minyak
atsiri terdiri dari osimen, d-felandren.18) Di samping itu ditemukan pula deoksisappanon
atau protosappanin A, sappan kalkon, sesalpin, proto-sappanin E-1;
protosappanin E-2, tetra
asetil-brazilin.20,11, 13)
Efek
Biologi dan Farmakologi
Serutan
kayu : ekstrak serutan kayu secang dapat
berefek positif menghambat pertumbuhan Strepto-coccus alpha pada plak dasar
gigi tiruan lengkap resin akrilik.7) Fraksi yang larut dalam kloroform dan fraksi yang larut dalam metanol
memiliki daya antibakteri terhadap S. aureus dan E. coli, fraksi yang larut
dalam petroleum eter tidak berefek
antibakteri.16) Selain itu ekstrak kayu secang mempengaruhi struktur
mikro-anatomi tubulus seminiferus testis, menghambat spermatogenesis dan
menurunkan kualitas sel-sel spermatozoa epididimis (motilitas, kecepatan
viabilitas dan morfologi). Pengaruh ekstrak kayu secang tersebut hanya bersifat
sementara dan sel-sel yang dipengaruhi dapat pulih kembali.14) Pemberian
ekstrak kayu secang dosis 25 mg/25 g BB secara in vivo dapat mengurangi
motilitas sperma mencit sampai 65%.4) Pemberian ekstrak kayu secang konsentrasi
2,5 mg/ml dapat berefek terjadinya penurunan motilitas sperma donor manusia
sampai 50% secara in vitro.15)
Pemberian
infusa kayu secang 30% pada tikus percobaan sebanyak 3 ml/ekor;
selama satu, dua, tiga hari setelah 24
jam pemberian CCl4 1,2 ml/kg BB dapat mempercepat daya regenerasi sel-sel hati
tikus.19)
Kayu secang juga dapat
menghambat efek hialuronidase 9), sebagai antialergi 6), antikoagulan, antitrombus.11)
Ditemukan
pula adanya efek antidiabetik dan hipoglikemik
yang disebabkan oleh senyawa fenolik yang berfungsi sebagai penghambat aldosa
reduktase.12)
Kegunaan
di masyarakat
Kayu
: digunakan pada
penanggulangan, pembersih darah,
penawar racun, penyembuhan pasca persalinan, mengatasi sipilis, batuk darah, penyakit mata, dan
disentri. 2,3,8)
Cara
pemakaian di masyarakat
Untuk mengobati
mencret :
Kayu
secang 5 gram, dipotong kecil-kecil, direbus dengan 2 gelas air selama 15
menit, setelah dingin disaring, kemudian diminum sehari dua kali sama banyak
pagi dan sore.17)
Deskripsi
Tumbuhan
Perawakan
: semak atau pohon rendah, tinggi 5-10 meter.
Batang
: simpodial, ranting berlentisel dan berduri, bentuk duri bengkok, tersebar.
Daun :
majemuk menyirip, panjang 25-40 cm, sirip 9-16 pasang, paling tengah terpanjang,
panjang sirip 6,5-17 cm; setiap sirip mempunyai 10-20 pasang anak daun yang
berhadapan.
Anak
daun : bertangkai pendek, bentuk memanjang, pangkal hampir rompang, tidak
simetri, ujung membulat, sisinya agak sejajar, panjang anak daun 10-25 mm,
lebar 3-11 mm, daun penumpu lebar 3-4,5 cm, gugur.
Bunga
: susunan tandan, bagian pangkal malai, di ketiak, panjang malai 10-40 cm,
tangkai bunga 1,5-2,5 cm, panjang
tangkai karangan 15-20 cm.
Kelopak
: 5 daun kelopak tidak simetri, pinggir kelopak berambut, panjang daun kelopak
yang terbawah rata-rata 10 mm, lebar rata-rata 4 mm.
Mahkota
: daun mahkota 9-12 mm., kuning terang, berlepasan, helaian bendera membundar bergaris tengah 4-6
mm, empat helai daun tajuk lainnya yang membundar dan bergaris tengah rata-rata
10 mm.
Benang sari : panjang rata-rata 15
mm.
Putik : panjang rata-rata 18 mm.
Buah : polongan berwarna hitam, panjang
8-10 cm, lebar 3-4 cm, berisi 3-4 biji, panjang biji 15-18 mm, lebar 8-11 mm,
tebal 5-7 mm.5)
Waktu berbunga : Januari - Desember.5)
Daerah
distribusi, Habitat dan Budidaya
Banyak tumbuh di Jawa, di
pegunungan berbatu pada daerah
yang tidak terlalu dingin. Tumbuhan
banyak ditemukan pada daerah dengan
ketinggian 1-1700 m dpl. Banyak ditanam di perkampungan sebagai tanaman pagar.5,8,18) Perbanyakan tanaman ini dengan
penyebaran biji.18)
Pustaka
1. Anonim., 1977. Materia Medika Indonesia, Jilid I,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
2. Anonim., 1985. Tanaman Obat Indonesia,
Departe-men Kesehatan RI, Jakarta, 72
3. Anonim.,
1995. Medicinal Herbs
Index in Indo-nesia,
Jilid II, PT. Eisai Indonesia, Jakarta.
4.
Astuti, Y.N., Dzulkarnain, B., Sundari, S., 1995. Penelitian Ekstrak Kayu
Secang (Caesalpinia sappan L) terhadap Motilitas Spermatozoa dan Laju
Fertilitas Mus musculus L., Seminar
Kelompok Kerja Nasional Tumbuhan Obat Indonesia IX, Yogyakarta.
5. Backer, C.A., and
Bakhuizen v.d. Brink, R.C., 1963. Flora of Java, Volume I, NVP, Noordhoff,
Groningen.
6. Fukushima, M., and Kosuge, T., 1996.
Antiallergic and Autoimmune Diseasetreating Pharmaceutical Compositions
Containing Medicinal Plant or Other Natural Product Extracts, 7
7. Herawati, E., 1997. Pengaruh Ekstrak Serutan
Kayu Secang Sebagai Bahan Antibakteri pada Pertum-buhan Streptococcus alpha
pada Plat Dasar Gigi Tiruan Lengkap Akrilik, Skripsi, Fak. Kedokteran Gigi UGM,
Yogyakarta.
8. Heyne,
K., 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid I (Terjemahan),
Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta, 934-936
9. Kim, Y., Nah, Y.K., Lee, G.I., Kim, Y.K.; Lee, K.S., Min, K.R.,
1995. Inhibitory effects of Herbal Medicines on Hyaluronidase Activity, Journal
Saengyak Hakhoechi, 26, (3) 265-72
10.
Moon, C.K., Mock, M.S., Yang, K.M., Chung, J.H., Ha, B.J., 1992. Brazilin
modulates the immune function in normal CBA female mice, Korean Journal
Toxicology, 8, (1) 1-7.
11.
Morota, T., Nishimura, M., Sasaki, H., Sato, S., 1996. Blood platelet
aggregation inhibitors containing Caesalpin P, sappan-chalcone,
3-deoxysappanone or protosappanin A,
American Chemical Society, 6
12.
Morota, T., Takeda, H., Sasaki,
H., Sato, S., 1996. Aldose
Reductase Inhibitors Containing Phenols of Caesalpinia sappan, American
Chemical Society, 7
13
Nagai, Masahiro, Nagumo,
Seiji, 1990. Proto-sappanius E-1; E-2 Stereoisomeric dibenzoxacins
Combined with Brazilin from Sappan Lignum, Chem. Pharm. Bull., 38, (6) 1490-1494
14.
Rusmiati., 1997. Pengaruh Ekstrak
Kayu Secang (Caessalpinia sappan
L) Terhadap Struktur Mikroanatomi Tubulus Seminiferus Testis dan Kualitas
Spermatozoa Mencit (Mus muculus L.),
Tesis Program Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta
15.
Shih, I.M., 1990. Antimotility Effect of Chinese Herbal Medicines on Human
Sperm, J. Formoson, Med Association
16.
Sumarni., 1994. Uji Daya Antibakteri Kayu Secang (Caessalpinia sappan L.)
Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli serta Profil Kromatografinya,
Skripsi Fak. Farmasi UGM, Yogyakarta.
17.
Syamsuhidayat, S.S., Hutapea, J.R., 1991. Inven-taris Tanaman Obat Indonesia I,
Departemen kesehatan RI, Jakarta.
18.
Tampubolon, O.T., 1995.
Tumbuhan Obat Bagi Pecinta Alam, Bhratara, Jakarta, 101-102
19.
Widiastuti, W.Y., 1997. Pengaruh Infus
Kayu Secang (Caessalpinia sappan L.) dan Infus Daun Sentigi (Pemthis
acidula Forst.) Terhadap Daya Regenerasi Sel Hati Tikus Putih (Rattus
norvegicus albinus), Skripsi, Fak. Kedokteran Hewan UGM, Yogyakarta.
20.
Xu, H., Zhou, Z., Yang, J., 1994. Chemical Constituents of
Caesalpinia sappan L., Zhongguo
Zhongyao Zazhi, 19, (8)
485-486
Di Daerah kami Kab. Majene (Suku Mandar) di Sulbar kayu ini nakanya Kayu Dolong, dari dulu sampai sekarang masih sering dipakai sebagai pewarna minuman untuk konsumsi sehari-hari, kami sekeluarga tiap hari pakai
BalasHapus