Oleoresin
merupakan campuran senyawa minyak atsiri dan resin yang diperoleh dengan cara
ekstraksi. Dalam perdagangan, sudah banyak oleoresin yang dipasarkan seperti
oleoresin jahe (ginger), cabe (capsicum), lada hitam (black pepper), kayu manis
(cinnamon bark), bunga cengkeh (clove bud oleoresin), pala (nutmeg oleoresin),
paprika oleoresin, dan masih banyak lagi yang lain. Umumnya oleoresin ini bisa
berbentuk cair, pasta ataupun padatan tergantung dari komponen senyawa yang
terkandung. Sedang
fungsi oleoresin adalah sebagai bahan baku flavor, disamping sebagai bahan
pengawet alami. Di dunia industri, oleoresin digunakan sebagai bahan baku obat,
kosmetik, parfum, pengalengan daging, fresh drink dan masih banyak lagi, hingga
industri bakery maupun kembang gulapun juga membutuhkan oleoresin.
Kebutuhan
bahan alami oleoresin saat ini meningkat tajam. Untuk keperluan ekspor saja,
Indonesia belum mampu memenuhi permintaan pasar padahal bahan baku rempah di
Indonesia sangat melimpah. Banyak tanaman rempah sebagai bahan baku oleoresin
hanya bisa tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia. Sementara pasar/buyer
oleoresin seperti daratan Eropa, Amerika termasuk Timur Tengah tidak bisa
menanam sendiri bahan rempah yang sangat banyak ragamnya. Ujung-ujungnya mereka
akan tetap selalu mengimpor produk rempah sebagai kekayaan hayati Indonesia.
Terlebih lagi Eropa sudah mengaklamasikan “Back to Nature” untuk
masyarakatnya. Masyarakat maju seperti di Eropa memang sudah mulai meninggalkan
produk sintetis untuk beralih ke produk alami yang mempunyai efek samping
sangat-sangat rendah dibanding produk sintetik.
Industri
oleoresin di Indonesia sangat terbatas jumlahnya, sampai-sampai perusahaan pengguna
oleoresin di harus import oleoresin dari negara lain. Ini artinya peluang
bisnis memproduk oleoresin sangat lebar, terlebih lagi bahan baku rempah juga
tersedia melimpah.
Inilah
kesempatan emas orang Indonesia untuk meraih sukses dengan memproduksi
oleoresin yang jauh lebih profit dibanding menjual bahan mentah rempah ke luar
negeri.
Grinder |
Proses
Ekstraksi
Bahan baku bersih yang telah disortasi dikecilan ukuran ukurannya dengan cara
menggiling menggunakan mesin grinding, baru pengayakan pada mesh tertentu. Untuk mendapat hasil
berkualitas, gunakan mesin penggiling rempah yang inert yaitu berbahan
stainless steel.
Perkolator |
Tahap
selanjutnya serbuk bahan baku diekstraksi dengan pelarut organik. Ada beberapa
pelarut yang biasa dipakai seperti etanol, metilen chloride, aceton, hexan, dll.
Pemilihan solven organik ini disesuaikan dengan jenis rempah yang diekstraksi
agar mendapat hasil yang optimum dan spesifikasi produk oleoresin sesuai
standar yang telah ditentukan. Selain pemilihan pelarut, pemilihan metode ekstraksi juga berpengaruh
terhadap produk. Metode ekstraksi skala industri bisa dengan ekstrak maserasi satu
tahap dan multi tahap atau menggunakan metode perkolasi dengan alat perkolator
untuk mendapatkan proses penyarian yang sempurna.
vacuum filter |
Selanjutnya
dilakukan filtrasi untuk memisahkan residu dan filtrat menggunakan alat filtrasi. Untuk mempercepat proses filtrasi, gunakan alat filtrasi sistem vakum. Penggunaan filter penyaring bisa dipasang berapa mikron yang akan dipakai, menyesuaikan bahan baku yang diekstraksi. Kemudian filtrat yang diperoleh
selanjutnya dievaporasi atau diuapkan dengan evaporator recycling solvent agar
diperoleh oleoresin murni.
Evaporator oleoresin |
Penggunaan alat evaporator recycling solvent ini
dimaksudkan agar pelarut tertampung dalam container dan bisa digunakan lagi untuk
ekstraksi sehingga mendapat efisien cost produksi. Peralatan pendukung produksi herbal seperti ini dapat diperoleh disini.
Hasil oleoresin murni selanjutnya
diuji kualitas dengan parameter yang telah ditentukan tergantung bahan uji yang
diekstraksi. Sebagai contoh, oleoresin capsicum ditest dengan parameter tingkat
kepedasan, kekentalan, sisa pelarut dan microbiological testing seperti total
plate count, total yeast and mould dan E.coli salmonella.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar