Pages

Brotowali (Tinospora crispa (L.) Miers.)


Kandungan kimia
Tinospora crispa L. mengandung alkaloid  kuarterner; N-asetilnornusiferin, N-formil-annonain; N-formil-nornusiferin; alkaloid berberin hanya ditemukan pada akar akan tetapi tidak ditemukan pada daun dan batang.
Di samping itu ditemukan pula suatu glikosida furanoditerpen yang berasa pahit.3,10,12) N-trans-Feruloil-tiramin, N-cis-Feruloilti-ramin, Tinotuberida, Borapetosida A, Borapetol, Tinosporin, Tinospori-dina.1)
Tanaman lain yaitu Tinospira cordifolia Miers., mengandung alkaloid kuarterner: magnoflorin, tembretarin dan zat pahit yang tak mengandung unsur N; batang mengandung alkaloid kuarterner yaitu; N-asetil-nornusiferin, N-formil-annonain; N-formil-nornuciferin.  Pada jenis Tinospora codifolia Miers, terdapat alkaloid kuarterner magnoflorin dan tembetarin berturut-turut 0,07% dan 0,012% terhitung dari bobot kering.5,10)
Pada jenis lain Tinospora capillipes Gagnep., ditemukan alkaloid kuarterner protoberberin, palmatin, jatorrhizin-columbanine stepharanin, dehidrodiskret-amin; disamping itu ditemukan pula alkaloid kuarterner aporfin (menispermin dan magnoflorin)3,4)
Cara pemakaian di masyarakat
Mengobati demam-kuning
Botrowali 1 jari dicuci dan dipotong-potong secukupnya, direbus dengan air bersih 3 gelas minum sehingga hanya tinggal kira-kira ½ nya, sesudah dingin disaring lalu diminum dengan madu seperlunya (2 x sehari, masing-masing ¾ gelas minum).
Mengobati cacar air
Botrowali 1 jari, dicuci dan dipotong-potong seperlunya, direbus dengan air bersih 4 gelas sehingga hanya tinggal kira-kira 3/5 nya, sesudah dingin disaring lalu diminum dengan madu seperlunya (2-3 x sehari  masing-masing ¾ gelas).8)
Efek biologi
Ekstrak metanol yang mengandung 2 macam komponen alkaloid dengan komposisi relatif 52,9  11,6% komponen alkaloid A dan 28,9  10,3% komponen alkaloid B dengan takaran 690 mg/kg BB mampu mencegah peningkatan kadar glukosa darah pada tikus normal dengan pembebanan glukosa 1,75 g/kg BB.
Pada  takaran 115 mg/kg  BB ekstrak tersebut di atas dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus yang dibuat diabetik dengan pemejanan aloksan 100 mg/kg BB.15)
Fraksi etilasetat sari etanol batang Tinospora tuberculata dengan konsentrasi 200-300 mg/ml mampu menghambat pertumbuhan Staphylloccus aureus (pada konsentrasi 200 mg/ml dengan daya hambat 7,15 - 15,80 mm; sedangkan pada konsentrasi 300 mg/ml 9,30-19,98 mm).14)

Deskripsi Tanaman 
Perawakan : Tumbuhan memanjat, 2 - 5 m, berkutil, pahit.
Batang : permukaan berkutil rapat, membelit, coklat tua - muda.
Daun : tunggal, bangun jantung, ujung meruncing tajam, lebar 6-13 cm, ibu tulang nyata, tangkai 4 - 16 cm.
Bunga : tandan jantan, 7-25 cm, tangkai bunga 2-3 bersama, 3,5 - 4 cmm, kelopak hijau, terdalam bulat telur terbalik - sudip, kurang lebih 3,5 mm. Mangkota berbentuk benang, benang sari 6, 2 - 2,5 cm, kepala sari kuning.
Buah :  drupa, kurang lebih 8 mm.2)

Suku : Menispermaceae
Sinonim : Tinospora tuberculata (Lmk.) Beumee ex K. Heyne
              Tinospora rumphii Boerl.

Asal-usul : India
Waktu berbunga : September

Distribusi : ditanam di Jawa

Sifat khas :
Kutil pada batang dan rasa pahit kulit batang.

Kegunaan di masyarakat
Pada  umumnya batang tanaman diguna-kan untuk pengobatan penyakit kuning, kencing manis, nyeri perut, demam; pada pemakaian sebagai obat luar digunakan untuk membersihkan luka, kudis dan scabies.1,6)

Budidaya
Tanaman ini diperbanyak dengan stek batang, yang dipotong-potong sepanjang 50 cm, di tanam di sisi tonggak penopang (lanjaran).  Hasil terbaik pada tanah berlempung yang kaya hara.  Tanaman ini mampu tumbuh dengan subur di dataran pantai sampai dataran tinggi (pada ketinggian 1000 dpl).  Stek batang ditanam dengan jarak beberapa sentimeter dan dibiarkan merambat pada tonggak penopang yang tingginya 2 meter.  Untuk pertumbuhan selanjutnya, sering-sering diberikan kapur dan pupuk organik.7)

Pustaka
  1. Anonim, 1995. Medicinal Herb Index in Indonesia. ad. II PT. Essai, p.19. 
  2. Backer, C.A. And  Bakhuizen, R.C.B., 1968. Flora of Java, Vol II & III, P.Noordhoff, Groningen. 
  3. Biset  NG. J.  Nwaiwu,  1983, "Quar-ternary Alkaloids of Tinospora Species".,Planta Med., Vol 48., P.275-279. 
  4. Chang HM., AM. El Fishaury, DJ. Slatkin, PL. Schiff, 1984, "Quarternary Alkaloid of Tinospora capilipes., Planta Med., p. 88-89 
  5. Hegnauer, R., 1969, Chemotaxonomie der Planzen., Band V., Birkhauser Verlag, Stuttgart, p.87-88 
  6. Heyne   K, 1987.  Tumbuhan   Berguna  Indonesia., Ed. II,  Jilid II   ( terjemahan ), Yayasan  Sarana  Wana  Jaya,  Jakarta, p.755. 
  7. Ika  R. S.,  &  Soemarno,  1991,  Budidaya Tanaman Tropika.,  Usaha Nasional., Surabaya., p. 118. 
  8. Mardisiswojo, S. & Rajakmangunsu-darso, H., 1987, Cabe Puyang Warisan Nenek Moyang, Balai Pustaka, Jakarta
  9.  Nwaiwu, J;  Bisset  NG,  1983 Quarternary Alkaloids of Tinospora species, Planta Medica., vol.48 p.275-279. 
  10. Pachaly  P;  Schneider C; 1981 Alka-loide aus Tinospora cordifolia Miers,  Arch. Pharm., 314, 251-256. 
  11. Pachaly P., AZ. Adnan, 1989, "The Structure of Tinopicroside, a Bitter Furanoditerpene Glucoside from Tinospora crispa., Planta Med., Vol 55, p.632 
  12. Pachaly P.,  AZ.  Adnan,  G.  Will,  1992, "Zur NMR-Spektroskopie von N-Acylaporphin-Alkaloiden aur Tinospora crispa., Planta Med., Vol 58., P.184-187 
  13. Sri Sugati Syamsuhidayat, Johny Ria Hutapea, 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia., Balitbang Kesehatan DepKes RI., P.574-575. 
  14. Hendrawati Pujiastuti, 1995, "Daya antibakteri fraksi etil asetat dari sari etanol batang bratawali (Tinospora tuberculata Beumce) terhadap Staphyllococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 25922"., Skripsi Fakultas Farmasi, UGM. 
  15. Zaenal abidin, 1995,"Pengaruh ekstrak metanol brotowali, terhadap kadar glukosa darah tikus putih jantan"., Skripsi., Fakultas Farmasi UGM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar